Dibalik Cinta Turis Belanda Pada Surabaya


"Wajah" Surabaya yang kini hijau, bersih, rapi tak hanya memikat hati warganya tetapi juga membuat wisatawan Belanda, Johannes, jatuh cinta sehingga ingin terus kembali ke Kota Pahlawan ini setiap kali dia berkesempatan berlibur ke Indonesia.

Pria kulit putih berambut hitam yang mengaku bernama lengkap Johannes Wilhelmus Rovers ini sudah 10 kali menyinggahi Surabaya setiap kali mengunjungi Indonesia.

"Sudah 10 kali saya ke Surabaya. Kota itu nyaman, bersih dan hijau karena banyaknya pepohonan dan taman-taman," kata pria asal Kota Denhaag ini. Kepada Benhil yang mengajaknya mengobrol saat pria asal Kota Denhaag, Belanda, ini sedang menikmati suasana ramai kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, pada Ahad (21/1) siang, dia mengatakan dia berencana ke Surabaya pada Rabu (24/1) untuk beberapa hari.

Dari bangku taman jalur pedesterian Malioboro yang lebar dan apik tempatnya duduk, Johannes melanjutkan obrolannya bahwa dia menyukai Surabaya karena di kota itu, tapak jejak masa Kolonial Belanda berupa gedung-gedung masih banyak yang terawat.

Gedung-gedung peninggalan Kolonial yang masih terawat baik di Kota Surabaya itu membuatnya menikmati jalan-jalannya. Selama di Surabaya, Johannes yang pada Ahad siang itu berkaos oblong dan bercelana pendek warna gelap dengan sepatu kasual dari sebuah merek Puma ini mengatakan bahwa dia memilih penginapan di kawasan Gubeng.

"Saya suka losmen Gubeng," kata pria kulit putih berambut hitam yang tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta,Banten pada 14 Januari 2018 dan berencana berada di Indonesia selama dua bulan ini.

Johannes hanyalah wisatawan asing yang jatuh cinta pada sudut-sudut Kota Surabaya yang pernah disinggahi dan warga kota yang pernah berinteraksi dengannya.

Dari situ, terbangun perspektifnya yang terbangun dari apa yang dia lihat dan rasakan selama 10 kali berkunjung dan berinteraksi dengan warga dan "wajah" kota metropolitan multietnis itu.

Boleh jadi, Johannes tak begitu banyak tahu bahwa kota multietnis berpenduduk lebih dari 3,1 juta jiwa (2012) itu tak sekadar teduh dan hijau berkat kehadiran sedikitnya 21 taman yang mendukung perkembangan Surabaya menjadi "kota layak huni" bagi warganya.

Di kota yang namanya pernah ditorehkan Mpu Prapanca dalam maha karyanya "Negara Kertagama" ini kini juga sudah berkembang pesat menjadi "smart city" (kota pintar) yang diakui banyak pihak dan manfaatnya pun telah dirasakan langsung banyak warga kota.

Melalui situs resmi Pemkot Surabaya "https://www.surabaya.go.id/", misalnya, warga kota dan siapa saja yang ingin mengetahui perihal layanan publik, keamanan, pariwisata, dan banyak hal lain tentang Surabaya bisa mendapatkannya di laman ini.

Di laman resmi ini juga tersedia informasi tentang Surabaya kini, tentang Surabaya, ekonomi bisnis, pemerintahan, sosial-budaya, dan "Surabaya Smart City".

Tak hanya itu, melalui laman Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Pemkot Surabaya http://musrenbang.surabaya.go.id/, warga pun dapat mengetahui hasil Musrenbang periode 2009 - 2017 sekaligus bisa memberi masukan untuk pembangunan kota mereka.

Bagi warga Surabaya yang ingin menyampaikan usul, mereka dapat melakukannya melalui ketua rukun warga di lingkungan rumah mereka.

Menyadari pentingnya sektor pariwisata bagi mendukung pembangunan ekonomi kota, pemerintah kota pun menyediakan laman https://sparkling.surabaya.go.id/traveller-information/essential-information/ untuk membantu turis asing mendapatkan informasi penting yang mendukung perjalanan wisata mereka di Surabaya.

Keterbukaan dan akses informasi publik yang mendukung terwujudnya akuntabilitas pemerintah kota ini dilengkapi pula dengan berbagai layanan gratis bagi warga, termasuk layanan Call Center 112 dan berbagai program gratis pemberdayaan sumber daya manusia.

Rumah bahasa Menurut Adi Yatmoko, staf dan guru bahasa Inggris Rumah Bahasa Surabaya, layanan Call Center 112 itu merupakan salah satu inovasi terbaru untuk membantu warga dan siapa pun yang sedang berada di Surabaya mendapatkan layanan darurat gratis.

Untuk menyiapkan dan meningkatkan kompetensi bahasa asing warga Surabaya agar mampu dan siap menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), pemerintah kota berinisiatif membuka Rumah Bahasa Surabaya, katanya.

Di rumah bahasa yang sudah beroperasi sejak diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 4 Februari 2014 itu, warga ditawarkan kelas gratis Bahasa Inggris, Arab, Belanda, Jepang, Jerman, Korea, Mandarin, Prancis, Rusia, Spanyol, Jawa, dan Indonesia, kata pria berusia 26 tahun ini. Bagi para siswa SD Kota Surabaya yang memerlukan bimbingan belajar (Bimbel), Perpustakaan Balai Pemuda yang dimiliki Pemkot Surabaya pun menyediakan program Bimbel gratis untuk sejumlah pelajaran seperti matematika, Agama Islam, Komputer, dan Sejarah.

"Kita menyelenggarakan bimbel gratis setiap hari dari pukul 14.00 hingga 15.00 WIB ini sebagai salah satu inovasi kita untuk menarik pengunjung ke perpustakaan kita," kata Hamzah, petugas teknis Perpustakaan Balai Pemuda Surabaya.

Di tengah roda pembangunan kota yang membuat "wajah" Surabaya semakin elok di mata warga dan turis asing seperti Johannes Wilhelmus Rovers, di kota perjuangan ini pula, benih-benih kemajuan Indonesia disemai melalui peran pemerintah kotanya yang besar.
Previous Post Next Post

Contact Form