Bagi para penggemar perkutut lokal terutama bagi yang percaya pada katuranggan atau ciri mati tentunya sudah tidak asing lagi dengan katuranggan Sriwiti
Perkutut katuranggan Sriwiti memiliki ciri yaitu leher panjang dan melengkung seperti ular kobra.
Ketika bertengger badannya tampak tegak dan kepalanya melengkung menyerupai ular kobra dan ekornya tegak lurus ke bawah. Perilakunya sangat tenang dan suka berdiam lama di tangkringan dengan sorot mata tajam menatap ke depan.
Perkutut katuranggan Sriwiti banyak dicari oleh penggemar perkutut katuranggan karena dipercaya sebagai salah satu burung perkutut yang memiliki yoni atau kekuatan gaib. Bahkan konon perkutut ini bisa berubah menjadi ular pada waktu-waktu tertentu.
- Baca juga: Sibiangsa Legenda Batak yang Menakutkan
Untuk mengetahui tuah atau angsa dari perkutut katuranggan tentunya kita harus memahami dulu apa makna dan maksud dari katuranggan tersebut sehingga kita bisa paham kenapa perkutut tersebut memiliki tuah tertentu.
Kepercayaan tentang burung perkutut katuranggan Sriwiti yang konon bisa berubah menjadi ular berkaitan denga legenda Dewi Sri dan Raden Sadono yaitu kakak beradik yang dikutuk oleh ayahnya menjadi ular sawah dan burung Swiriti atau walet.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, Dewi Sri dan Raden Sadono merupakan simbol kesuburan dan kemakmuran yang digambarkan dengan sepasang patung Loroblonyo sebagai penggambaran dari kedua sosok tersebut.
Dalam tradisi Jawa patung ini sering dipasang di depan setong atau kamar tengah di dalam rumah Jawa. Hal ini berkaitan dengan fungsi magis tertentu.
Dari bilik rumah Jawa tersebut patung Loroblonyo diyakini sebagai penjelmaan dari pasangan Dewi Sri dan Raden Sadono sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran serta keharmonisan rumah tangga
Dala satu versi menjelaskan bahwa patung Loroblonyo adalah Dewi Sri dan Raden Sadono yang merupakan titisan si wadah Laksmi atau Wisnu dan Dewi Uma menjadi Candra Krisna dan ini Tati atau nama lain dari Kamajaya dan Kamaratih.
Dikutip dari kanal YouTube @Ragam Indonesia, simbolisme patung dikatakan dapat menjadi sarana menyeimbangkan nilai sosial budaya Jawa.
Loroblonyo tidak hanya sekedar patung tetapi dianggap dapat menyelaraskan kosmis Dewi Sri merupakan simbol ibu yang melahirkan kesuburan tanah dan Raden Sadono menyeimbangkan kosmis yang dilambangkan dengan lingga atau yoni.
Jadi perkutut katuranggan Sriwiti merupakan simbol kemakmuran dan kesuburan.
Dari makna Sriwiti itulah kemudian perkutut ini dipercaya memiliki tuah dan kesuburan.
Semua jenis katuranggan perkutut memiliki makna dan maksud tertentu yang merupakan pesan atau nasehat sebagai tuntutan hidup yang juga berkaitan dengan kepercayaan akan tuahnya.
Jadi kepercayaan akan adanya tuah atau manfaat pada perkutut katuranggan harus dipahami dengan pemahaman yang mendalam.
Dengan kedewasaan pikir agar tidak salah kaprah dalam memahami makna dan maksudnya yang sebetulnya adalah pitutur atau nasehat dari para leluhur. Seperti nama perkutut katuranggan itu sendiri yang merupakan singkatan dari perkoro kanggo tutitu. [Benhil Online]