5 Sebab Minuman Alkohol Lokal Kalah Saing dengan Martini, Whiskey dan Soju

James Bond



Indonesia adalah negara yang kaya dengan produk makanan dan minuman, termasuk minuman alkohol. Namun liquor lokal di sini kalah bersaing dengan produk impor.

Berbagai produk impor menghiasi toko liqour kelas atas, pub, atau bar. Minuman bergengsi itu adalah Martini, Whiskey, Sake, Saju, dan lain-lain. Belum lagi produk yang lebih ringan seperti Guinness, Heineken, Carlsberg, dan masih banyak lagi.

Produk minuman alkohol buatan dalam negeri di jual di toko-toko kecil di perkampungan, yaitu Congyang, Ciu, Tuak, dan arak Bali. Seringkali pemilik toko perlu menyembunyikan produk memabukan itu dengan berbagai alasan.

Benhil mengumpulkan dari berbagai sumber, 5 sebab liquor lokal kalah bersaing dengan produk impor, yaitu:


1. Dipandang Negatif

Kebanyakan masyarakat di sini menganggap minuman beralkohol sebagai barang negatif yang lekat dengan dunia malam dan pelaku kriminal. Selain itu juga dianggap tidak sesuai dengan norma ajaran tertentu yang dianut masyarakatnya. Hal itu berbeda dengan Whiskey, Soju dan Sake yang dinikmati untuk menambah kehangatan dan keakraban suasana.

2. Kurang Promosi Budaya

James Bond penggemar Martini, bintang drama Korea (drakor) penggemar Soju, Jagoan Jepang suka minum Sake, tapi di film-film Indonesia, mereka yang minum liquor biasanya adalah penjahat dan pelacur. Hal itu membuat masyarakat tidak simpati dengan segala jenis minuman beralkohol.

3. Harganya Mahal

Pemerintah menaikan cukai pajak bagi semua jenis minuman beralkohol, baik itu produk lokal dan impor. Masyarakat menengah ke bawah yang menjadi pasar terbesar liquor lokal semakin tidak mampu untuk menikmati produk yang bisa menghangatkan tubuh saat malam hari tersebut.

4. Menjadi Pemicu Kejahatan

Aparat kepolisian di sini sering menghubungkan tindak kejahatan dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol sehingga masyarakat berkesimpulan kalau pemicunya adalah akibat minum minuman keras. Di negara maju, masyarakatnya sudah sadar kalau setiap orang bertanggung jawab atas tindakannnya sendiri, bukan karena pihak lain, apalagi minuman.

5. Sulit Mengonsumsi

Orang Barat dan orang berduit sangat mudah mendapatkan tempat minum yang sesuai dengan kantongnya, seperti di pub, bar, dan resto yang menyediakan liquor. Namun, orang berpenghasilan pas-pasan bakal kesulitan untuk menemukan tempat minum yang nyaman dan tenang. Biasanya mereka membeli dan meminumnya secara sembunyi-sembunyi dengan perasaan was-was.

Jika dipandang dari kaca mata bisnis, 5 sebab kekalahan bersaing liquor lokal terhadap minuman keras impor tersebut patut disayangkan karena pangsa pasar produk lokal di Indonesia sangat besar.

Masih banya orang sini yang ingin minum liquor lokal daripada produk impor karena rasanya lebih pas dengan lidah orang tropis. Kondisi tersebut patut dimanfaatkan oleh pengusaha minuman alkohol lokal dan para pemangku kepentingan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pada khususnya dan negara pada umumnya. [Benhil]



Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form