Rumah Doa Raja Parbaringin Pandebolon Naipospos

Ruma Batak

Yayasan Kampus Digital Pancasila


Rumah Doa (Tonggo) Raja Parbaringin Pandebolon Guru Lenggang Naipospos Hutauruk Sugapa (Ompu Marisi)

Paska Keputusan Makamah Konstitusi RI mengenai kedudukan hukum kewarganegaraan bagi Golongan Kepercayaan. 

Khusus Ugama Malim-Parbaringin Batak  setara dengan umat Agama Islam, Kristen, Katolik, Budha Hindu dan Kong Hu Cu  tercamtum dalam Kartu Penduduk, serta adanya kebijakan Negara Republik Indonesia melestarikan budaya bangsa.
 
Memelihara kearifan lokal suku bangsa (etnocultur) perawatan, konservasi rumah adat, kraton, pemeliharaan bahasa aksara, lerawitan serta desa adat, terutama anggaran pembangunan desa.

Salah satu yang perlu dipelihara adalah kekayaan, peralatan budaya Raja Batak yang terdapat di Dusun Sugapa Barimbing, Desa Maju Kec Silaen Kab Tobasa Propinsi Sumatera Utara, peninggalan orang sakti pemilik ilmu kanuragan (Pandebolon), orang pintar  bernama Datu Djaranggar.

Datu Djaranggar bermarga Hutauruk dari Klen marga Naipospos pemilik ilmu pusaka Raja Batak, yang keturunannya kelak melahirkan organisasi kekuasaan huta (Parbaringin) bersorban hitam, dan agama tua Batak yaitu Ugama Malim, atau lebih populernya dikenal Agama Parsabbat Batak (Judaisme Batak).

Datu Djaranggar Naipospos Hutauruk pada awalnya datang dari Bakkara sebagai Penasehat Agung Raja Sisingamangaraja, kemudian menetap di wilayah Toba Habisaran di Dusun Sugapa Desa Barimbing Kec Silaen di tengah wilayah hukum adat Marga Barimbing, Siagian, Panjaitan, dan marga lain.

Kelak keturunannya mendirikan organisasi  organisasi Agama Malim Batak Hutatinggi dengan tokohnya terkenal Raja Mulia Naipospos, dengan kedudukan Dewan Agung Kerajaan Batak Sisingamangaraja Dinasti ke XII Oppu Pulo Batu.

Sedangkan adiknya Raja Parbaringin Pandebolon Guru Lenggan Naipospos Hutauruk Sugapa tidak begitu dikenal, padahal dialah Ulubalang( Panglima) Pasukan Khusus Raja Sisingamangaraja XII melawan Marsuse Belanda pada perang Laguboti dikenal ahli rudal Batak (Jolma Sipahabang Losung), benda benda seberat lesung beras, sejenis pengilingan padi bisa berterbangan.

Ilmu Raja Batak diteruskan kepada anak anaknya yang mendiami beberapa huta di wilayah adat Raja Sidomdom bermarga Barimbing, sedangkan ilmu agama diberikan kepada orang tua Raja Mulia Naipospos.

Raja Parbaringin Pandebolon Naipospos Hutauruk Sugapa salah satu panglima (raja ulubalang) pemilik ilmu sakti mendiami satu huta di Desa Barimbing Desa Maju Kecamatan Silaen Kabupaten Toba, Sumatera Utara dengan kedudukan Raja Parbaringin Raja Huta, penguasa sakti mempunyai rumah adat bolon, sopo penyimpanam padi, dan sopo partungkoan tempat pertemuan raja.

Raja Parbaringin Pandebolon Naipospos Hutauruk Sugapa (Oppu Marisi) yang memiliki dua anak dan dua putri, menguasai  ilmu Raja Batak  terakhir diturunkan kepada anaknya Oppu Salomo dan Oppu Togap.

Ilmu kedatuan, pengobatan pemerintahan diberikan kepada anak lelaki pertama Oppu Salomo, sedangkan ilmu kehidupan; ilmu aksara bahasa, arsitek rumah, sopo, musik tradisi gondang uningan  peralatan pertanian, pembuatan kompos (napu)  pengelola nira (paragat) dll mengalir dalam darah talenta anak bungsunya  Oppu Togap.

Rumah Adat Batak Toba adalah Rumah Bolon terdiri dari dua bagian antara lain rumah dan sopo tempat penyimpanan padi, juga sopo fasalitas pertemuan rapat raja.

Sopo  berfungsi ganda, tempat kediaman anak gadis, juga lumbung padi, dan pertemuan rapat raja, setiap huta berderetan di depan barisan rumah gorga yang dibatasi dengan pelataran tanah, halaman yang berfungsi ruang bersama warga, sekarang dalam era pembangunan sudah diubah jadi jalan huta,  aspal beton.

Rumah adat yang memiliki banyak hiasan disebut Rumah Gorga Sarimunggu atau arumah (jabu) batara siang, sedangkan rumah adat yang tiada hiasan ukiran disebut Jabu (rumah) Ereng atau Jabu Batara Suang.

Rumah Bolon yang diukir dengan banyak hiasan tetap memiliki tiga warna, merah, putih hitam, yang melambangkan keberanian, keperkasaan, kecerdasan, kejujuran dan kewibawaan.

Pada dasarnya rumah adat Batak didirikan bukan hanya sekedar tempat berteduh keluarga, juga memiliki nilai nilai kebersamaan kelompok.

Biasa pembangunan Rumah Bolon  dilaksanakan secara gotong royong oleh rakyat, sedangkan material bangunan dipilih dari pohon yang terbaik, yang dahulu banyak tumbuh di sekitar perbukitan desa.

Saha Naipospos Hutauruk Sugapa (Hutauruk) berprofesi ahli bangunan, arsitek (pande). Dia pintar memilih bahan untuk Rumah , Sopo Batak, biasanya kayu kayu itu berkualitas, dia terlebih dahulu memukul memukul kayu terlebih dahulu, kalau ketukan kayunya berbunyi nyaring, pertanda kayu bagus.

Pondasi rumah biasa bersegi empat dengan ganjalan, bantalan batu kali,  di atasnya itulah diletak kayu keras berbentuk balok, sebagai penopang rumah, letak segi empat, dirancang untuk tahan gempa.

Bagian atas rumah adat Batak ditopang dengan menggunakan tiang kayu disebut ninggor. Tiang itu lurus dan tinggi bermakna kejujuran, pemasangan tiang tidak menggunakan paku, tapi kombinasi tali yang telah samai (pio).

Pada bagian depan terdapat arop-arop, teratak yang makna penghuni rumah dapat hidup layak, kemudian dipasang boltak yang berfungsi menahan atap, artinya dapat menanggung beban permasalahan berat.

Rakyat Batak , penghuni rumah, sopo membersihkan rumah dengan cara menyapu semua kotoran , kemudian perlahan lahan membuangnya melalui telaga, kadang digunakan sebagai lubang buang kotoran janban di kala  malam hari.

Arsitektur rumah adat Batak Toba itu, bisa ditempati beberapa keluarga, bila malam tiba pembatasan tirai, atau berlapiskan, diselimuti tikar (marbulusan) sedangkan anak perempuan, gadis-gadis perawan dikumpulkan pada rumah sopo.

Siang harinya ruang interiornya Rumah Bolon di gunakan secara bersama anggota keluarga, makan berkelompok pada piring kayu besar disebut sapa, tapi raja raja Batak selalu makan dari tempat nasi,  piring pinggan, terbuat dari keramik.

Sedangkan tempat memasak biasa di pojok rumah, sopo, sementara asap dari penanakan nasi, lauk lainnya berguna untuk pengawet rumah, sedangkan atap rumah terbuat dari ijuk yang menyimpan kehangatan.

Saha Naipospos Hutauruk Sugapa (Oppu Togap) berkegiatan sehari hari atau berprofesi arsitek, seniman, dll, khususnya bila mendapat order membuat rumah, sopo, musik tradisi gondang pada pesta pesta selalu membawa cucu kesayangannya Robinson Togap Siagian (Oppu Dame) .

Makna Gorga Batak

Gorga pada rumah adat Batak adalah ukiran ragam seni hias, berupa seni ukir, pahat dan lukis. Media tempat gorga lazim ditemukan pada dingding rumah adat Batak. Gorga itu tudak sekedar nilai estetis saja, tapi memiliki makna, mengandung arti.

Misalnya ukiran berbentuk empat payu darah gadis montok perlambang kesuburan, dan cecak (boraspati)  melambangkan kesuburan tanah.

Gorga tidak hanya memiliki nilai seni artistik juga memiliki fungsi sendiri , gorga jorgom, singa singa, ulu paung. Ketiga gorga yang dipahat.itu untuk menjaga rumah dan penghuninya dari ganguan jahat. Seni gorga ini ditemukan dalam tradisi kerajaan Israel Utara.

Robinson Togap Siagian Ketua Umum Badan Persatuan Batak Indonesia - Penanggung Jawab Rumah Tonggo (doa) Raja Batak Patuan Dibagarna Desa Banuhura Kec Sigumpar Kabupaten Toba prihatin melihat keberadaan peninggalan budaya arsitektur rumah adat Batak. 

Rumah rumah Raja Batak Toba dikuatirkan akan punah, karena tidak dirawat pemerintah dan penghuni, serta pewarisnya.

Salah satu kerisauan cepatnya kepunahan peninggalan budaya Batak yang sudah diakui Lembaga Dunia UNESCO PBB itu, karena ada gerakan keagamaan, injili sesat mirip aktipis ormas teralarang khilafah anti budaya dan sistem kerabatan Dalihan Na Tolu.

Kegiatan mereka sungguh mengerikan, menebarkan ketakutan, kebencian, ajaran berbahaya bakar ulos karena diyakini produk berhala, rumah adat, sopo dituduh sarang hantu, dan makam tugu kumpulan roh setan.

Salah satu upaya menangkal ajaran sesat itu, adalah mengadakan gerakan penyuluhan rohani, menjelaskan bahwa budaya Batak Toba adalah peninggalan budaya alkitabiah. 

Salah satu adalah upaya merevitalisasi Huta Raja Parbaringin Pandebolon Guru Lenggang Naipospos Hutauruk Sugapa (Oppu Marisi).

Proyek Renovasi Rumah , Sopo Raja Parbaringin Pandebolon Guru Lenggang Naipospos Hutauruk Sugapa (Oppu Marisi) dalam betuk Rumah Doa (tonggo) Oppu Salomo dan Sopo Pustaha Oppu Togap di Sugapa Desa Maju Kec Silaen Kab Toba dapat merupakan wadah pusat pelestarian budaya etnocultur, etnomusic, etnoherbal, etnohandicraft, dan pusat pengobatan alternatif.

Tiada Satupun Firman Tuhan Jesus Kristus menyuruh umatnya, apapun aliran untuk  membasmi peradaban, budaya kearifan lokal. Barang siapa percaya kepada Tuhan Jesus Kristus pasti dilindungi oleh roh kudus. Kuasa jimat, racun jadi tawar, tak mampan.

Apalagi ajaran Agama Malim - Parbaringin Batak yang mengandung unsur ajaran Nabi Musa (Judaisme Batak)  yang tertulis dalam perjanjian lama dari ajaran keesaan, ibadah sabat, pesta simare mare sipaha lima (pesta pondok Daud).

Juga tradisi martutu aek (tardidi), sunat, pantang makan babi, silsilah, sistem kekarabat, perkawinan inset marpariban, pantang makan babi, memelihara lingkungan kebersihan. 

Sungguh banyak lagi persamaan Suku Batak Dan Suku Israel memiliki akar iman budaya, karena memiliki persamaan berdasarkan kitab suci agama samawi.

Makalah adalah materi ceramah Robinson Togap Siagian putra Batak Aceh NAD Caleg DPRRI PPRN 2009 Ketua Umum Badan Persatuan Batak Indonesia ( BPBI) - Sopo Oppu Togap - Pustaha Kehidupan Batak Depok Tobasa, organisasi penerus perjuangan rakyat nasional yang selama hidupnya dibina (paniroi) Dr Sutan Raja DL Sitorus Negarawan Pendiri Parpol PPRN.

Tulisan ini disiarkan melalui surat elektronika : kantorberitakorando@gmail.com, ke mediamassa online, medsos diunggah di Benhil sebagai pembelajaran bagi yang tertarik dengan sejarah Batak.
Previous Post Next Post

Contact Form