Irama Mengayun Dalam Pernikahan Adat Melayu

Melayu

"Yang besar tidak diimbau gelar, yang kecil tidak disebut nama, yang raje dengan daulatnya, yang datuk dengan tuahnya, yang alim berkitabullah," begitulah pantun pembuka Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, selaku tuan rumah pernikahan adat Melayu.

Muhammad Rudi menikahkan putrinya, Fiqih Amylia dengan Kompol Isa Imam Syahroni dalam rangkaian adat Melayu lengkap, mulai 9 Desember 2017 hingga 1 April 2018.

Akad nikahnya sendiri dilaksanakan pada Kamis (29/3) malam, dan resepsi pernikahan keduanya digelar Sabtu 31 Maret 2018, dengan pesta rakyat.

Wali Kota menyatakan sengaja memilih menggunakan adat Melayu, sebagai upaya untuk melestarikan budaya Melayu pesisir, yang sudah jarang dilaksanakan.

"Pada resepsi, kami mengundang seluruh warga Batam untuk hadir di kediaman, akan ada hiburan Melayu," kata Wali Kota.

Panitia melibatkan Lembaga Adat Melayu setempat untuk memastikan upacara yang digelar sesuai dengan kebiasaan warga.

Merisik "Kedatangan jemputan yang mulia, kami sambut dengan muka jernih, kami terima dengan hati suci, kami nanti dengan dada lapang, kami tunggu dengan kasih sayang".

Perempuan Melayu diajar memiliki rasa malu yang besar kepada lawan jenis. Pandangannya mesti menunduk bila berhadapan dengan lelaki. Itu adalah budi yang diajarkan leluhur.

Merisik

Dalam adat Melayu, sebelum pinangan diajukan mempelai pria, ada sebuah tradisi Merisik, atau menyelidik dalam bahasa Indonesia.

Dalam penjelasan panitia pernikahan Fiqih-Roni, dalam tradisi Merisik, calon mempelai pria datang bertamu ke rumah calon istrinya untuk melihat dari dekat secara diam-diam.

Saat itulah, calon pengantin dapat melihat langsung wajah, rupa tingkah laku, sopan santun dan sebagainya dari dara yang akan dipinang.

"Merisik dilakukan tukang risik sebagai utusan dari pihak laki-laki atau dari orang tua pihak laki-laki untuk bekal meminang seorang gadis yang akan menjadi menantunya," kata Kepala Bagian Humas Pemkot Batam, Yudi Admaji.

Meminang "Sudah lama langsat condong, barulah kini batangnya rebah, sudah lama niat dikandung, barulah kini disampaikan Allah".

Setelah Merisik, dan calon mempelai pria yakin dengan dara yang ditaksir, maka waktunya meminang.

Dalam pernikahan Fiqih dan Roni, Meminang dilaksanakan Sabtu, 9 Desember 2017 di kediaman Wali Kota Batam.

"Secara diam-diam anak kami Fiqih Amylia sudah dirisik oleh wakil dari orang tua seorang jejaka bernama Isa Imam Syahroni," begitu kata panitia M Syahir.

Keluarga calon pengantin lelaki datang membawa setepak sirih dan amanah bersama orang tua pihak laki-laki.

Keluarga calon mempelai perempuan mengajukan syarat sesuai dengan adat, dan kewajiban itu diiyakan keluarga Roni.

Pada acara itu, keluarga lelaku mengantar cincin mas sebagai tanda pertunangan.

Gantong-gantong "Kabar sudah berdendang kelangit, berita sudah merebak ke bumi, iyang-iyang sudah mengiang, isik-isik sudah berbunyi, pesan bersambung sudah tiba, hajat dikandung sudah nyata".

Tradisi berikutnya, adalah gantong-gantong, yang dilaksanakan Senin, 19 Maret 2018 di kediaman Wali Kota.

Hari itu, sebelum matahari naik, dilakukan pembacaan doa dan tepuk tepung tawar empat penjuru rumah.

Gantong-gantong adalah pemasangan janur, tanda akan dilaksanakan hajatan, demi memberi tahu pada tetangga dan sekitar bahwa akan berlangsung sebuah pernikahan.

"Seperti upacara bleketepe pada adat Jawa," jelas Yudi.

Gantong-gantong merupakan mengantung tabur berwarna-warni, memasang langit-langit dan menghiasai ruangan-ruangan di rumah dan bilik pengantin.

Dalam tradisi itu, juga dibuat paterakne dan pelaminan di rumah calon pelamin perempuan.

Tradisi gantong-gantong diawali dengan doa selamat dan tepung tawar empat penjuru yang dipimpin tokoh adat Melayu, Zulkarnain Umar.

Berandam Bertangas "Yang penghulu dengan hulunya, yang cerdik penyambung lidah, yang tua pembawa petuah, yang muda penerima amanah, yang jauh kami jemput dengan surat, yang dekat kami jemput dengan tepak".

Tradisi Berandam dan Bertangas hakekatnya adalah membersihkan lahiriah, menuju kebersihan batiniah.

Tradisi yang dilaksanakan Senin, 26 Maret 2018 itu juga dilaksanakan agar kedua calon mempelai selamat, selama berlangsungnya acara perkaiwunan dan dijauhkan dari bala dan mala petaka.

Kegiatan dikerjakan mak andam, atau juru rias dalam adat Melayu. Mak andam membersihkan bulu-bulu roma, anak rambut dan alis mata, agar calon pengantin terlihat cantik, bersih dan elok dipandang mata saat pernikahan.

Tradisi beradam dan Bertangas, dimulai dari menyiram atau memandikan calon pengantin perempuan oleh orang tua keluarga tertua dari calon pengantin perempuan.

Peralatan yang dipergunakan antara lain seperangkat peralatan tepuk tepung tawar, kain putih lebih kurang 1 meter, pisau cukur, gunting, kelapa muda yang diukir untuk menampung bulu roma dan rambut, kelapa tua yang sudah dikupas, dian dinyalakan 2 batang, kelapa dulang-dulang dan benang tukal.

Kemudian, bertangas dilakukan di dalam kamar oleh keluarga terdekat, didampingi mak andam.

Prosesi dalam Berandam dimulai dari memintal rambut depan menjadi 3 bagian, kemudian memotong rambut bagian tengah, kiri dan kanan, mencukur anak rambut dan membakar benang tukal yang dikalungkan di leher calon pengantin.

Lalu benang tukal dilepaskan, dilingkarkan di kelapa dulang-dulang lalu diputar mengelilingi calon pengantin perempuan sebanyak 3 kali dengan iringan salawat.

Malam Berinai "Atas nama yang empunya helat, tas nama yang empunya hajat, atas nama kaum kerabat, yang jauh dan yang dekat, yang dilaut atau didarat".

Seperti banyak tradisi sebelum pernikahan daerah lain, adat Melayu juga mengenal Malam Berinai.

Daun inai yang digiling halus, direnjis air untuk dilembabkan dan dikenalan Mak Andam (juru rias pengantin dalam adat Melayu), ke jari-jari calon pengantin perempuan.

Sesuai tradisi, pemasangan inai diawali dengan menepuk tepung tawar, dari tokoh masyarakat dan keluarga yang dituakan.

Masing-masing memasangkan inai di satu ujung jari mempelai perempuan. Sedangkan mempelai lelaki memasang inai sendiri.

Berinai curi, berinai kecil dan berinai besar merupakan adat untuk memperindah jari-jemari kedua calon mempelai.

Tradisi yang diselenggarakan 27 Maret 2018 itu juga diramaikan tari inai dan joged dangkung di kediaman Wali Kota.

Khatam Quran "Maka kami susun jari sepuluh, kami tundukkan kepala yang satu, mohon maaf beserta ampun, sebab di dalam berhelat jamu, entah kami salah menjemput, entah kami salah menyambut, entah kami salah menyebut, entah kami tersalah letak, entah kami tersalah tegak, entah kami tersalah tempat, entah kami salah pakai".

Dalam tradisi masyarakat Melayu, Khataman Quran oleh mempelai perempuan merupakan keharusan.

Tradisi Khataman Alquran dilaksanakan sebelum pengantin bersanding di atas pelaminan, 28 Maret 2018.

Menurut panitia, pada zaman dulu, orang tua merasa kurang sempurna, jika Al Quran tidak dikhatamkan sebelum anak gadisnya menikah.

Khataman Alquran dipandu guru mengaji Ustad Alwi Husein, yang juga membacakan ayat-ayat Khataman Alquran dan doa khataman.

Saat menamatkan bacaan Al Quran, sejumlah perlengkapan diletakkan di hadapan mempelai wanita, yaitu sepahar pulut kuning dihiasi 30 bunga telor.

Berdasarkan penjelasan panitia, pulut kuning dan telur itu mengandung filosofi, sebagai syarat lengkap dan sempurnanya 30 Juz dalam dalam Al Quran.

Akad Nikah "Bukan tekat sembarang tekad, tekad menjadi hiasan kain, bukan hajat sembarang hajat, hajat meresmikan nikah kawin".

Sebelum akad nikah digelar, maka sesuai kesepakatan dalam upacara pertunangan sebelumnya, maka calon mempelai lelaku harus membauat utang adat yang dijanjikan.

Terdapat 9 buah hantaran harus disampaikan keluarga mempelai lelaku pada malam menjelang akad nikah, 29 Maret 2018.

Setelah hantaran sampai, barulah akad nikah digelar.

Prosesi akad nikah dimulai dari mengarak calon pengantin lelaki ke kediaman calob pengantin perempuan, pembacaan ayat suci Alquran, ijab dan kabul yang dipimpin KUA dan khotbah nikah.

Baru setelah itu pengantin laki-laki bersama penghulu balai dan Mak Andam menjempun pengantin perempuan, untuk menyerahkan mahar, berdoa bersama dan mendengar nasehat perkawinan.

Layaknya sungkeman dalam adat Jawa, kedua mempelai pengantin juga menyembah kedua orang tua, baik orang tua mempelai perempuan maupun orang tua mempelai laki-laki.

Kemudian, kedua pengantin, raja dan ratu sehari didudukkan di paterakne, untuk dilakukan tepuk tepung tawar dengan diiringi musik marhaban bengkong (dihubungi camat bengkong).

Panitia menjelaskan tepung tawar terdiri dari beras kunyit yang merupakan lambang raja, bermakna keagungan dan kebesaran Melayu Riau, kemudian beras putih lambang kesucian.

Tepung tawar juga menganding padi yang digongseng, warna putih kecoklatan berlambangkan pengembangan,dengan kesuburan yang membawa kemakmuran serta bunga rampai, terdiri dari daun pandan yang diiris halus dicampur dengan bermacam ragam bunga segar dan minyak harum tanpa alkohol.

Tepung tawar, berwarna putih berarti memberikan kesejukan dan ketentraman, kesyahduan.

Sedangkan air pecung /air mawar, sebagai penutup dalam menepuk tepung tawar, memberikan dan menyirami dengan air agar berkekalan persaudaraan kita hendaknya di dunia dan akhirat.

Resepsi "Yang raja tidak dirajakan, yang datuk tidak didatukkan, yang tua tidak dituakan, yang patut tidak dipatutkan, yang dahulu dikemudiankan, yang dibelakang dikemukakan, mohon kami diberi ampun, mohon kami diberi maaf".
 

Pesta Rakyat

Dua hari setelah pernikahan, keluarga menggelar resepsi pernikahan yang bertajuk Pesta Rakyat.

Yudi mengatakan panitia menyiapkan 30.000 hingga 40.000 paket makanan pada resepsi pernikahan di kediaman Wali Kota.

"Wali Kota mengundang seluruh masyarakat Batam, dan yang hadir diminta untuk tidak membawa hadiah apa pun," kata Yudi.

Pesta resepsi di kediaman Wali Kota diselenggarakan 31 Maret 2018, mulai pukul 10.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Setelah itu, resepsi dilanjutkan di hotel berbintang, dengan jumlah tamu yang lebih terbatas, menyesuaikan dengan kapasitas ruangan.

Yudi mengatakan, pada resepsi dihotel akan digelar tradisi Pedang Pora, karena Fiqih merupakan lulusan STPDN dan Roni lulusan Akademi Polisi.

Mandi Sampat "Alhamdulilah di atas peterakne telah bersanding kedua pengantin, tidak lain yang kami pinta hanya doa restu dari kita semua semoga kedua mempelai berbahagia sampai ke anak cucu".

Setelah resepsi digelar, maka ada satu tradisi lagi yang harus dilaksanakan, yaitu Mandi Sampat.

Menurut panitia, mandi sapat dilaksanakan setelah pengantin bersatu. Mandi-mandi dilaksanakan di serambi rumah.

Di ruangan tengah rumah pengantin disandingkan mengenakan pakaian melayu yang indah, memakai asesoris sederhana.

Acara persandingan ini hanya untuk keluarga dan tetangga.

Acara dimula dengan tepung tawar, kemudian suami dipakaikan baju singlet dan kain pelekat berpeci, istri memakai kain berkemban dada dan berselendang.

Kedua pengantin yang sudah menjadi suami istri didudukkan diatas kursi. Setelah duduk, kopiah dan selendang dibuka di atas kedua kepala pengantin dibentangkan kain putih bekas andam, untuk kemudian disiram air khusus.

Air yang digunakan bercampurkan bunga tujuh macam dan air limau nipis yang dituang dari tempayan ke daun, dengan tujuan membuang sial dan balak.

Selesai mandi pengantin dibedakan dengan beras kembali dengan air bersih. (Yunianti Jannatun Naim)
Previous Post Next Post

Contact Form