Loyalitas Tentara Tiada Tara


Tentara Nasional Indonesia

Jakarta, 4/10 (Benhil) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) berulang tahun ke-72 pada 5 Oktober 2017 dan setelah berbagai rangkaian acara bakti sosial digelar, puncak acara yang akan berlangsung diselenggarakan di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten, makin menunjukkan keberadaan dan loyalitas mereka untuk negeri.

Kita tidak hanya bangga atas gelaran beragam alat utama sistem senjata (alutsista); keterampilan dan keahlian tentara dalam menjaga pertahanan dan keamanan negeri; dan barisan tegap tentara dari tiga matra, darat, laut, dan udara, yang selalu siap siaga; tetapi juga loyalitas mereka untuk negeri yang makin kentara dan tiada tara.

Loyalitas TNI bersifat tegak lurus, mulai dari bawah hingga ke atas yaitu Presiden sebagai Panglima Tertinggi, selain Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, tidak bercabang atau ke mana-mana. Setiap prajurit TNI bekerja dengan prinsip kesatuan komando (unity of command).

Sumpah Prajurit, Sapta Marga, dan Delapan Wajib TNI, yang menjadi pedoman setiap prajurit TNI juga syarat dengan nilai-nilai loyalitas.

Dalam Sumpah Prajurit memuat lima butir sumpah atau janji prajurit untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan, taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan, menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada tentara dan negara Republik Indonesia; dan memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.

Sapta Marga merupakan tujuh jalan setiap prajurit dalam melaksanakan darma baktinya kepada negara dan bangsa, sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila, sebagai patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah, sebagai ksatria yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan, dan sebagai prajurit adalah bhayangkari negara dan bangsa Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.

Sementara Delapan Wajib Tentara Nasional Indonesia berisi sumpah dan janji bersikap ramah tamah terhadap rakyat, bersikap sopan santun terhadap rakyat, menjunjung tinggi kehormatan wanita, menjaga kehormatan diri di muka umum, senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya, tidak sekali-kali merugikan rakyat, tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat, dan menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.

Adanya pedoman yang setiap apel atau upacara selalu dinyatakan bersama-sama itu bukan berarti membuat tentara terbebas dari sejumlah kasus yang menciderai kehormatan prajurit dan korps lantara melakukan tindakan yang kurang terpuji.

Atas kasus-kasus tersebut, pimpinan TNI atas nama seluruh prajurit TNI minta maaf dan berharap ada kepedulian, melaporkan jika ada prajurit yang nakal.

Pimpinan TNI selalu mengingatkan setiap prajurit untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum. Dalam konteks kekinian, misalnya, TNI setidaknya sedang melawan dua agenda kriminalitas yakni korupsi dan penyalahgunaan narkoba. Tidak ada ampun bagi prajurit TNI apabila terlibat narkoba dan korupsi.

Tanpa menafikan sejumlah kasus yang menimpa oknum TNI berbagai prestasi dan kegemilangan TNI dalam mengemban tugas-tugas negara serta kemanusiaan pun sangat membanggakan.

Pasukan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) TNI turut serta dalam perdamaian dunia melalui pengiriman prajurit TNI dalam pasukan perdamaian PBB, TNI terjun dalam tugas-tugas kemanusiaan membantu penanggulangan dan korban berbagai bencana alam dan musibah, prajurit TNI melakukan berbagai kegiatan kemanunggalan bersama rakyat bahkan bersama-sama petani untuk bercocok tanam.

TNI memang tidak bisa terlepas dari rakyat. Untuk itu sejak beberapa tahun ke belakang, tiap peringatan HUT TNI mengambil tema "Bersama Rakyat TNI Kuat", sebagaimana tema pada HUT ke-72 TNI tahun ini adalah "Bersama Rakyat TNI Kuat, Hebat, Profesional Siap Mewujudkan Indonesia yang Mandiri, Berdaulat, Berkepribadian, Adil, dan Makmur".

Kehadiran serdadu dalam mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian, menjadi semakin penting karena tantangan ke depan yang dihadapi bukan terbatas pada perang terbuka tetapi perang asimetris, persaingan ekonomi, persaingan diplomasi, persaingan teknologi, dan persaingan "soft power".

Untuk itu, kepribadian TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara profesional, dan tentara nasional harus terus menerus diperkuat.

TNI manunggal bersama rakyat dalam setiap tarikan napas dan semangat, terlebih sistem pertahanan Indonesia adalah sistem pertahanan rakyat semesta.

Presiden Joko Widodo yang juga Panglima Tertinggi TNI pernah menegaskan bahwa sejarah mencatat bahwa TNI dilahirkan dari rahim rakyat. Panglima Besar Jenderal Soedirman menyatakan bahwa hubungan TNI dan rakyat adalah ibarat ikan dan air. Ikan tidak akan hidup tanpa air. Rakyatlah yang mengandung, merawat, dan membesarkan TNI .

Untuk itu, TNI harus menegaskan jati diri sebagai tentara rakyat. Sebagai tentara rakyat, TNI tidak boleh melupakan rakyat. TNI tidak boleh menyakiti hati rakyat. TNI tidak boleh berjarak dengan rakyat serta harus selalu bersama-sama rakyat.

Hanya dengan bersama-sama rakyat, TNI akan kuat dalam menjalankan tugas pengabdian pada bangsa dan negara. Hanya bersama-sama rakyat, TNI menjadi kekuatan militer yang hebat, kekuatan militer yang disegani serta kekuatan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam darah TNI mengalir jati diri sebagai tentara pejuang. Sebagai tentara pejuang, TNI harus memiliki daya juang dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian. Dengan semangat juang, TNI harus mampu menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, misalnya, harus mampu menghadapi para penjarah sumberdaya laut dan perikanan, menjaga wilayah perbatasan dan pulau-pulau terdepan.

Sebagai tentara nasional, TNI tidak boleh tersekat-sekat dalam kotak SARA, suku, agama dan golongan. TNI adalah satu yang bisa berdiri tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, yang mempersatukan ras, suku, dan agama dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Bersama-sama rakyat, TNI harus terus menjaga kebhinnekaan. Hanya dengan itu, Indonesia bisa menjadi bangsa majemuk yang kuat dan solid.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa peran dan tugas TNI antara lain mendukung setiap program pemerintah dalam mempercepat pemerataan pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saat ini pemerintah sedang melaksanakan berbagai program pembangunan infrastruktur sebagai agenda prioritas. Proyek-proyek strategis nasional telah digulirkan, yang kesemuanya ditujukan untuk membangun bangsa dan negara, dengan tujuan akhir mencapai masyarakat Indonesia adil, makmur, dan sejahtera.

TNI sebagai bagian dari subsistem nasional, harus ikut bekerja mendukung program-program pemerintah dalam percepatan pemerataan pembangunan nasional, disamping terlibat secara langsung mengatasi bangsa utamanya dalam menjaga stabilitas politik dan stabilitas keamanan.

Kepercayaan rakyat kepada TNI akan semakin tinggi bila TNI terus-menerus mampu membuktikan diri dapat membantu penyelesaian dan terlibat langsung dalam berbagai persoalan bangsa. Bagi TNI, apa pun tugas yang menyangkut persoalan bangsa merupakan panggilan tugas pengabdian.

Sekecil apa pun langkah dan tindakan prajurit, bila berhasil mewujudkan harapan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, sudah pasti kepercayaan rakyat kepada TNI tidak akan pernah surut. (Ben/An/BS)

Dirgahayu TNI
Previous Post Next Post

Contact Form