11 Sekaa Ngelawang Di Depan Pura Jagatnatha

Ngelawang


Menjelajah dan membahas tentang Pulau Bali memang tidak akan ada habisnya, hal tersebut karena Bali sendiri menyimpan banyak sekali kekayaan dan keindahan alam, mulai dari tempat wisata, kuliner bahkan sampai dengan adat kebudayaan. Beberapa hal tersebut memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik itu dari domestik maupun mancanegara. Upacara adat yang ada di Bali juga ada banyak sekali sehingga menarik perhatian dari para wisatawan, khususnya mancanegara. Kesenian yang dimiliki oleh Bali sendiri juga sangat menarik dan juga memberikan hiburan tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung, salah satunya adalah “Pementasan Ngelawang Galungan dan Kuningan“.

Belasan sekaa ngelawang yang ada di semua Kota Denpasar melakukan adu aksi di dalam sebuah pementasan yang dilakukan di Area Parkir Pura Agung Jagatnatha, Lapangan Puputan Badung pada Minggu tanggal 9 April 2017 kemarin.

I Nyoman Ola yang merupakan Kasubag dari Bina Keagamaan Bagian Kesra Setda Kota Denpasar tersebut mengatakan jika tradisi ngelawang yang mana sudah berlangsung secara turun–temurun tersebut selain untuk membangkitkan semangat seni, juga diharapkan untuk bisa memberikan sebuah vibrasi kesucian untuk bisa menetralisir alam semesta, kemudian juga menolak semua macam penyakit yang mana bisa mengganggu kehidupan semua manusia baik itu secara sekala ataupun niskala.

Pada pentas tersebut diikuti oleh 11 sekaa ngelawang yang merupakan perwakilan dari 4 kecamatan yang ada di Denpasar Bali. 

Pentas ngelawang tersebut dikatakan hanya sebagai sebuah permulaan, dan untuk yang selanjutnya tradisi ngelawang tersebut nantinya akan dilakukan oleh sekaa – sekaa yang ada di Desa Pakraman masing–masing sampai dengan hari Umanis Kuningan pada hari Minggu tanggal 16 April 2017. I Nyoman Ola juga mengatakan jika sampai dengan saat ini tradisi ngelawang tersebut masih lestari di Denpasar. Dan pada kali ini, hanya untuk memberikan apresiasi kepada para sekaa yang masih bertahan untuk bisa memberikan motivasi kepada para sekaa yang lainnya untuk tetap melestarikan tradisi ngelawang tersebut. Dan kali ini yang menjadi peserta didominasi oleh kalangan pelajar seperti SD, SMP dan juga SMA. Selain itu juga melibatkan sekaa dari teruna – teruni yang menjadi pendamping, dengan demikian tradisi tersebut bisa tetap lestari.

Melalui pementasan tersebut sangat diharapkan tumbuhnya para sekaa baru yang ada di masing–masing Desa Pakraman agar nantinya tradisi ngelawang yang mana bertujuan sebagai penetralisir aura negatif bisa tetap lestari. Setiap sekaa juga diberikan sebuah kebebasan untuk bisa menampilkan kreasi masing–masing. Pentas ngelawang tersebut juga menggunakan berbagai jenis tapel, contohnya saja seperti barong bangkung, rangda, barong landung, barong macam dan masih banyak lagi yang lainnya, dengan demikian bisa muncul berbagai ide yang kreatif dari para pemuda pemudi yang ada di Denpasar.

Anak Agung Putra yang merupakan Koordinator dari Parade Ngelawang menegaskan, jika sebagai langkah awal setiap sekaa ngelawang harus mengikuti sebuah prosesi upacara ritual atau bisa juga disebut dengan penyucian di Pura Jagarnatha untuk memohon sebuah keselamatan. Dan untuk selanjutnya, setiap sekaa nantinya akan diberikan sebuah kebebasan ngelawang di lingkungan desanya namun tetap sesuai dengan arahan dari para prajuru Desa Pakraman setempat sampai dengan perayaan hari suci Kuningan. Pada tahun ini sendiri memang baru dapat memberikan fasilitas kepada 11 sekaa, dan di tahun depan diharapkan bisa bertambah banyak sehingga nantinya dapat diberikan peluang untuk tumbuh.
Previous Post Next Post

Contact Form