Anies Dan Tantangan Pembenahan Jakarta

Anies Baswedan

Jakarta, 27/10 (Benhil) - Hampir sepekan setelah dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mulai memimpin Jakarta bersama Wakil Gubernur Sandiaga Uno dengan melakukan kunjungan ke sejumlah lokasi di Jakarta dan bertemu dengan banyak tokoh termasuk Presiden dan Wakil Presiden.

Awal pekan lalu, 16 Oktober, Anies dan Sandi dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara untuk bertugas memimpin Jakarta hingga lima tahun mendatang, termasuk menjaga ibukota saat pemilihan umum dan pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada 2019 mendatang.

Jakarta sebagai ibukota menjadi barometer nasional untuk berbagai sektor termasuk di antaranya politik dan keamanan.

Setelah Joko Widodo terpilih sebagai Presiden RI pada pilpres 2014, jabatan gubernur DKI Jakarta juga diperhitungkan sebagai salah satu posisi untuk maju ke dalam pemilihan presiden.

Dengan tantangan dan tekanan dari berbagai kalangan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang melingkupi ibukota, tak heran Anies dan Sandi, sebagaimana pendahulunya, harus bekerja keras untuk memenuhi harapan masyarakat, termasuk membuktikan hasil kerjanya.

Tantangan pertama yang kerap dihadapi oleh pemimpin Jakarta beberapa saat setelah dilantik adalah menanggulami potensi banjir saat musim penghujan tiba.

Artikel Terkait
Sutiyoso, Fauzi Bowo dan Joko Widodo sudah membuktikan ancaman itu. Banjir biasanya mengintai Jakarta pada medio bulan Desember hingga Februari, dua bulan setelah pelantikan gubernur.

Meski dipengaruhi oleh banyak faktor, namun ketidaksiapan drainese kota dan juga kemampuan sungai-sungai yang melintasi ibukota untuk menampung debit air yang sangat tinggi menjadi hal yang bisa membuat genangan di sejumlah wilayah.

Ketika Anies dan Sandi bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Kamis (26/10) salah satu yang diingatkan oleh Wapres adalah penanganan banjir di ibukota.

Wapres mengatakan untuk mengatasi banjir, selokan-selokan koya harus bersih, tidak boleh ada selokan yang ditutup beton secara permanen dibeton.

Kalla mengatakan saat kunjungannya ke Turki pekan lalu, ia melihat semua selokan mempunyai tutup berlubang yang bisa diangkat dan semua warga bertanggung jawab untuk membersihkan selokan di depan rumah mereka untuk memperlancar aliran air.

Wapres menggarisbawahi mengelola selokan seperti di Istambul itu bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi ancaman banjir di Jakarta, terlebih Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan peringatan curah hujan akan makin tinggi mulai November.

Solusi kedua yang disarankan Wapres kepada gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru adalah meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah di sekitar Jakarta, salah satunya dengan Pemkab Bogor.

"Banjir itu terjadi kalau air masuk lebih banyak dari pada yang keluar, untuk mengurangi air masuk harus dilakukan koordinasi dengan Pemkab Bogor, dan untuk menghijaukan Bogor serta membikin embung-embung apalah di Bogor," kata dia.

Asian Games 2018 Ujian kedua yang akan segera dihadapi oleh mantan mendikbud itu adalah mengelola pelaksanaan Asian Games 2018 dimana Jakarta dan Palembang akan menjadi lokasi penyelenggaraan pertandingan cabang-cabang olah raga yang dipertandingkan.

Memiliki peserta yang lebih beragam dari penyelenggaran Sea Games, event olah raga tingkat Asia ini juga mempertaruhkan nama baik dan kredibilitas Indonesia.

Oleh sebab itu saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Rabu (25/10) lalu, masalah kesiapan Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games juga dibahas secara khusus. Kepala Negara mengatakan bahwa kesiapan penyediaan stadion dan lokasi penyelenggaraan lomba dibuat dengan standar internasional.

Demikian juga dengan pembenahan infrastruktur kota seperti jalur pedesterian yang berada di lokasi pembangunan MRT Jakarta serta lokasi-lokasi lainnya yang akan dikunjungi atau digunakan oleh atlet dari seluruh Asia yang datang ke Jakarta.

Presiden Joko Widodo dalam sebuah kesempatan mengatakan pada tahun 2018 semua pekerjaan di atas Jalan Sudirman harus sudah selesai untuk menyambut penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembeng.

"Semuanya harus bersih karena kita akan kehadiran tamu Asian Games sebanyak 30.000 orang sehingga jika membangun jalan dan trotoar harus segera dan cepat diselesaikan," katanya.

Presiden berharap pada saat pelaksanaan Asian Games tidak ada lagi ada penggalian atau pembangunan yang dilakukan di pinggir jalan. Jokowi juga berharap pembangunan LRT juga selesai tepat waktu karena angkutan massal ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan di Jakarta.

"Kita kehilangan Rp28 triliun tiap tahun karena kemacetan di Jakarta. Ini yang harus konsentrasi dikerjakan. Kalau ada masalah pembebasan, segera diselesaikan supaya targetnya tercapai tepat waktu," kata Presiden.

Pertemuan gubernur dan wakil gubernur dengan Panglima Kodam Jaya Jayakarta, Mayjen TNI Jaswandi di Makodam Jaya Jakarta Timur berlangsung pada Selasa (24/10) juga membahas mengenai pengamanan Asian Games yang akan berlangsung Agustus 2018.

"Hal yang dibahas dengan Panglima tadi mengenai kesiapan Asian Games. Jadi kesiapan Asian Games ini akan menjadi suatu prioritas dari kerja sama kita dengan teman-teman yang ada di Kodam Jaya," kata Sandi.

Menurut dia, pengamanan menjadi prioritas karena menyangkut wajah Indonesia dan kehormatan bangsa, makanya dipastikan keamanannya, juga kesiapan pelaksanaan Asian Games agar tidak menemui kendala.

Pada Senin (23/10) malam Wagub DKI menggelar rapat dengan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Ratiyono, membahas rencana renovasi 10 venue dan persiapan dua venue utama, yakni velodrome dan Equestrian dalam rangka persiapan Asian Games 2018.

Venue-venue yang rencananya akan mulai dikerjakan akhir Oktober 2017 diharapkan bisa selesai sesuai rencana pada Mei 2018.

Selain itu ada 10 Gelanggang Olah Raga (GOR) untuk tambahan venue yang akan direnovasi di antaranya GOR Bulungan, GOR Kuningan, GOR Senen, GOR Jakarta Barat, GOR Jakarta Timur, dan GOR Jakarta Utara. Nantinya GOR-GOR tersebut akan digunakan untuk tempat latihan basket dan voli.

Menjaga Kepercayaan Setelah Anies dan Sandi memenangi pilkada DKI Jakarta yang berlangsung selama dua putaran, keduanya mengantongi dukungan publik yang cukup tinggi.

Menjaga dan bahkan meningkatkan dukungan publik selama menjalankan tugas membenahi Jakarta menjadi catatan penting yang harus diperhatikan oleh Anies dan Sandi.

Dengan mulai melangkah mewujudkan janji-janji kampanye yang setidaknya ada 23 program yang perlu dicapai, pasangan pemimpin Jakarta itu juga harus dapat menjaga kepercayaan publik terhadap mereka. Pelaksanaan pilkada DKI Jakarta 2017 yang lebih hiruk pikuk dibandingkan Pilkada DKI 2012 membuat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI harus bekerja keras merangkul semua elemen masyarakat di Jakarta.

Kritikan-kritikan dan pandangan pesimistis tentu bisa diubah dengan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang ramah, transparan, tegas dan berorientasi pada pencapaian program.

Pro dan kontra yang timbul dalam setiap pelaksanaan program bisa diredam dengan menunjukkan efektifitas program dan kecocokan capaian dengan harapan masyarakat.

Meski tak mudah membuat semua kalangan bersepakat atas rencana dan capaian kinerjanya, namun Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 diharapkan bisa meredam kritikan dan pandangan sinis dengan capaian kerja yang nyata seraya merangkul semua kalangan untuk bersama-sama membuat Jakarta lebih baik. (Ben/An)

Panca Hari Prabowo
Previous Post Next Post

Contact Form