Ternyata Gibran Tidak Sebanding Sutan Sjahrir di Debat Cawapres 2024

Gibran

Oleh: Saiful Huda Ems.

Sebelumnya, saya pikir Cawapres (calon wakil presiden) Gibran Rakabuming Raka akan tampil seperti Sutan Sjahrir pada acara Debat Cawapres, Minggu, 21 Januari 2024. Sjahrir adalah seorang tokoh intelektual dan politikus serta perdana menteri Pertama Republik Indonesia yang idealis dan brilian. 

Namun ternyata Gibran hanya bocil (bocah kecil) sembrono yang tidak beretika sesuai dengan langkahnya sebagai cawapres dari hasil keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) yang dinyatakan melakukan pelanggaran berat etik oleh MKMK (Majelis Kehormatan MK). 

Saya mengambil kesimpulan itu setelah melihat penampilannya pada acara debat tersebut. Kemampuan debat Walikota Solo itu terlihat hanya saat dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari panelis yang sepertinya sudah dibocorkan kepadanya, sehingga dia bisa menjawab dengan sempurna. Bukankah kita pernah melihat video di Youtube tentang Gibran yang kelepasan bicara mengenai debat cawapres di suatu forum pertemuan dengan para pendukungnya? 

Pada sesi debat langsung antar cawapres di mana masing-masing peserta saling melempar pertanyaan dan harus dijawab, Gibran seperti kehilangan kemampuan penguasaan materi hingga 50 persen. Itu artinya setiap mengikuti Debat Cawapres, Gibran tidak lebih hanya seorang penghafal teks yang baik dan bisa memanfaatkan teknik debat yang cukup lumayan, termasuk ketika dia menggunakan teknik gimmick yang sangat tidak beretika dan terkesan berusaha keras merendahkan lawan bicaranya. 

Bagi orang awam mungkin menganggap Gibran itu cerdas dan bisa menguasai materi pembahasan tema pembicaraan. Mereka pikir putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mampu mengalahkan lawan-lawan debatnya dengan penampilannya yang sok jenaka namun malah tidak lucu dan tidak beretika. Padahal sesungguhnya pada perdebatan itu Gibran tidak lebih dan tidak bukan, hanya seorang penghafal teks dan skenario debat yang baik. Dia tidak begitu mengerti dengan materi bahasan perdebatan dan bahkan sering tidak mengerti isi ucapannya sendiri.

Sembarangan Menjawab

Kita semua bisa melihat ketidakmengertian suami Selvi Ananda itu tentang materi bahasan debat tersebut. Salah satu contohnya ketika dia menjawab pertanyaan dari lawan bicara secara sembarangan dengan menyatakan, "bahwa solusi untuk mengatasi perusahaan-perusahaan tambang yang ilegal dan bermasalah, adalah dicabut izinnya". 

Orang jadi bertanya-tanya, apakah Gibran tidak faham dengan makna ilegal? Ilegal artinya tidak berizin, tapi kenapa jawaban Gibran adalah izinnya dicabut saja. Apa maksud jawaban itu? Izin tidak ada, kenapa hendak dicabut? Disini Gibran terbukti seringkali tidak faham dengan apa yang dikatakannya sendiri dan tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan dengan baik.

Akhirnya tidak heran jika kemudian medsos (media sosial) penuh dengan tagar Cawapres Songong, Tak Beretika dan lain-lain. Jika dipikir-pikir, sejak kemunculannya sebagai cawapres yang "disulap" oleh pamannya, Anwar Usman, melalui Keputusan penuh kontroversial dari MK, banyak sekali sepak terjang Gibran yang tidak beretika. 

Seperti sikap Gibran pada 2 cawapres lain pada debat itu, Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Dua orang tua itu dilecehkannya seolah dia ingin membalas perlakuan Capres (calon presiden) Ganjar Pranowo dan Capres Anies Baswedan pada Capres Prabowo Subianto. Padahal konteksnya sangat jauh berbeda, Ganjar dan Anies menjungkirbalikkan kebohongan pernyataan Prabowo tentang pertahanan dan menilai kinerjanya yang masih menjabat sebagai menteri pertahanan. Itu bukan serangan personal, melainkan serangan atas ketidakmampuan kinerja dan kebohongan data. 

Berbeda sekali saat Gibran melecehkan Mahfud MD dan Cak Imin, justru ketika dia berdebat di luar hal yang bisa dihafalkannya, hingga dia kehilangan fokus dan tidak bisa menjawab pertanyaan lawan dan pertanyaannya sendiri. Kentara sekali dia ingin menjebak, namun yang terjadi malah menunjukan ketidakmengertian atas pernyataan-pernyataannya sendiri. Maka dia mengarang saat memberikan pertanyaan dan jawaban, serta ketika dibalikkan lagi pertanyaannya, Gibran berusaha melakukan tingkah-tingkah jenaka untuk mengalihkan perhatian penonton dari kebingungannya.

Ternyata pria berusia 36 tahun itu bukan Sutan Sjahrir yang cerdas dan terkenal ahli berdebat. Pikiran Gibran terlalu gemoy sehingga tidak lincah bergerak membalas berbagai argumentasi. Idealismenya tidak bisa tegak lurus sehingga dia terus berusaha berjalan membelakangi konstitusi. 

Jutaan hektar lahan hutan dirusak dan digunduli untuk dijadikan food estate oleh Jokowi dan Prabowo yang notabene adalah bapak dan capres yang didampingi Gibran. Kegagalan program itu nyata terjadi dan hanya menyisakan kerusakan lahan serta triliunan anggaran yang sudah terbuang sia-sia. Namun Gibran seolah menyepelekan semua itu dalam tampilan debat pada malam itu. 

Kami tentu sangat kecewa karena mengira dia akan sehebat Sutan Sjahrir pada acara itu. Tawanan-tawanan politik Jokowi berbaris di belakangnya, hingga 3 ciri khas pemuda yang kritis, militan, dan independen tidak Tampak pada dirinya. Sapere aude! (SHE)

22 Januari 2024

Penulis adalah pengacara dan pengamat politik yang menjadi Ketua Umum Harimau Ganjar (Hajar!). [Benhil]



Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form