Pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Abdon Nababan Siap Jadi DPD-RI

Abdon Nababan

Tokoh adat Sumatera Utara (Sumut) Abdon Nababan siap maju menjadi anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI. Jika terpilih, kiprah Abdon akan semakin berdampak bagi masyarakat adat secara luas. 

Kiprah Abdon Nababan telah mendapat apresiasi dari dalam dan luar negeri. Dia pernah mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award pada 2017.

Penghargaan yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS) itu diperoleh Abdon karena keberanian bersuara dan membela wajah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Yang membanggakan bagi masyarakat Sumut dan Indonesia adalah, ini penghargaan ke-2 Ramon Magsaysay Award (dalam kategori itu) bagi warga negara Indonesia, setelah sebelumnya mantan Presiden RI Gus Dur (Abdurahman Wahid) menerima award kategori serupa pada 1993.

 

Pegiat Masyarakat Adat

Untuk lebih mengenal Abdon Nababan dan kiprahnya, berikut ini sekilas perjalanan hidup sosok kelahiran 2 April 1964 itu.

Abdon lahir dan tumbuh di Humbalang, Tano Batak, Sumut. Saat SMA, dia sekolah di SMAN II Jakarta tahun 1982. Lalu lanjut kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) hingga lulus tahun 1987. 

Nah, di bangku kuliah itu, kemampuannya berorganisasi dan kepeduliannya pada lingkungan hidup mulai bersemi. 

Saat itu calon gubernur Sumut dari jalur independen itu mulai aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan seperti PMKRI, Lawalata IPB (kepecinta-alaman), dan mengikuti  pendidikan lingkungan hidup bersama Yayasan Indonesia Hijau (YIH).

Setelah sarjana, Abdon Nababan tetap berkomitmen untuk mengembangkan kecintaan pada lingkungan hidup di Indonesia. Dia bergabung di WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) sejak 1989. 

Pria yang menjabat sebagai Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara itu juga ikut mendirikan beberapa yayasan serupa, yakni Yayasan Sejati, Yayasan dan Perkumpulan Telapak, dan Forest Watch Indonesia (FWI). 

Dari pengalaman dalam organisasi, Abdon Nababan bisa mengerti dan mendalami berbagai hal tentang pengembangan dan pengelolaan strategis organisasi serta pengorganisasian masyarakat adat.

 

Kongres dan Karya

Abdon paham, sejumlah organisasi itu tidak akan ada artinya jika tidak pro aktif menangani isu terkini lingkungan hidup.

Oleh sebab itu, dia secara berkala ikut serta dalam struktur kepanitiaan pada pelaksanaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN. Kongres itu dilaksanakan pertama kali pada 1999 sampai yang ke-5 di Medan pada Maret 2017. 

Pada kongres tersebut, dia menjabat sebagai Wakil Ketua Panitia Pelaksana KMAN I [1999], Ketua Panitia Pelaksana KMAN II [2003], Wakil Ketua Panitia Pengarah pada KMAN III [2007], Ketua Panitia Pengarah KMAN IV [2012] dan Penanggung-jawab KMAN V [2017].

Pengalamannya yang mumpuni tersebut membuat kiprah Abdon Nababan diakui secara internasional. Dunia telah menasbihkannya sebagai pemimpin organisasi masyarakat adat nasional terbesar di dunia. 

Abdon secara aktif juga berperan dalam kepemimpinan kolektif gerakan masyarakat adat internasional dan ikut serta dalam negosiasi kelas dunia dan menjadi juru bicara pada forum-forum PBB mewakili kelompok masyarakat adat internasional.

Sadar kalau ikhtiar perlu diperjuangkan di setiap jalur, Abdon juga masuk ke jalur birokrasi. Selama 5 tahun ini, dia selalu memberi masukan pada DPR RI dan Presiden RI agar dibuat UU Masyarakat Adat di Indonesia. 

Pengalamannya bergelut dengan isu-isu lingkungan itu telah didokumentasikan dalam sejumlah karya tulis. Selain itu, Abdon juga memfasilitasi berbagai pelatihan dan lokakarya, serta didaulat menjadi dosen tamu, antara lain di Program Studi Lingkungan Pascasarjana UI, Fakultas Hukum Universitas Jember, dan Fakultas Ekologi Manusia IPB. Dia juga sering diundang menjadi pembicara di berbagai konferensi nasional dan internasional.

Meski telah berkeliling ke seluruh pelosok dunia untuk bertemu dengan masyarakat adat di sana, Abdon mengaku Bogor yang sejuk (tempatnya kuliah) adalah kampung halaman yang selalu dirindukannya, selain tempat kelahirannya, tanah leluhur, Tano Batak.

 

Tokoh Bersih

Meski memiliki rekam jejak dan perjuangan panjang, Abdon Nababan terbukti tidak silau dengan hal duniawi.

Dia mengaku pernah ditawari sejumlah oknum untuk menghentikan langkahnya maju sebagai calon gubernur independen. Tidak main-main, uang yang ditawarkan kepadanya adalah Rp 300 milar! Tapi Abdon memilih berkomitmen pada perjuangannya di jalur politik, meski akhirnya gagal. 

Dan kini tokoh yang tidak membedakan suku dan agama dalam perjuangannya itu memilih ke Senayan lewat jalur DPD RI. Jika Abdon Nababan bisa menjadi anggota Perwakilan Daerah, maka suara dan kepentingan sosial politik masyarakat adat nusantara yang selama ini kurang terdengar bisa lebih diperhatikan dan diapresiasi. 

Dan itu tidak hanya berguna bagi masyarakat adat Sumut saja, namun bagi seluruh rakyat adat di Nusantara. [Benhil]

Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form