Bangunan Bersejarah yang Masih Berdiri Kokoh di Pusat Kota Medan

Pusat Kota Medan, Sumatera Utara memiliki banyak bangunan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah serta kultural, dan dapat dilintasi sekali jalan karena letaknya yang berdekatan.

Tidak sampai sehari, para wisatawan dapat menikmati bangunan bersejarah peninggalan masa lalu yang masih berdiri kokoh dan menyimpan banyak kisah. Perjalanan wisata dapat dimulai dari Istana Maimun yang terletak di Jalan Brigjen Katamso. 

Istana Maimun

Istana ini sangat Instagramable, dibangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al Rasyid sendiri memerintah dari tahun 1873-1924.

Arsiteknya adalah T H Van Erp yang bekerja sebagai tentara KNIL. Rancangan Istana Maimun ini melambangkan bangunan tradisional Melayu dan India Muslim, sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia, Persia dan Eropa.

Di halaman Istana Maimun terdapat meriam puntung yang merupakan bagian dari legenda Istana Maimun. Di dalam Istana Maimun juga banyak barang-barang antik peninggalan Sultan, hadiah kerajaan hingga perhiasan mewah. Gedung tua yang layak dijadikan konten oleh YouTuber kreatif yang menyukainya.

Isana Maimun

Masjid Raya Al Mashun

Tak jauh dari Istana Maimun, ada Masjid Raya Al Mashun yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja. Masjid ini juga menjadi saksi sejarah kebesaran Kesultanan Deli pada kepemimpinan Sultan ke-9, Sultan Ma'mun Al Rashid.

Masjid Raya Al Mashun dibangun sejak 1906 dengan bahan bangunan yang diimpor langsung dari negara penghasil terbaiknya, seperti marmer dari Italia dan Jerman, kaca patri dari Cina, dan lampu gantung dari Prancis. 

Masjid Raya Al Mashun

Campuran desain arsitektur Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah sukses menyulap Masjid Raya Al Mashun menjadi sangat menarik dan artistik.

Berseberangan dengan masjid bersejarah ini, terdapat Taman Sri Deli yang dibangun pada tahun 1925. Taman ini dulunya dinamakan Derikanpark, tempat bersantai keluarga Kesultanan Deli.

Masih di kawasan Sisingamangara, terdapat pula sebuah Menara Air Tirtanadi. Menara air yang merupakan peninggalan olonial Belanda ini dibangun pada tahun 1905.

Pada waktu itu, menara air ini memberikan asupan air bagi kalangan menengah ke atas.

Kembali dari titik Istana Maimun, wisatawan dapat berjalan ke Lapangan Merdeka. Sepanjang jalan ini, dapat dilihat bangunan-bangunan sejarah yang bentuk aslinya relatif masih terjaga.

Tjong A Fie Mansion

Tiba di Jalan Ahmad Yani yang termasuk kawasan kota lama Kesawan ini, terdapat bangunan rumah Tjong A Fie. Bangunan ini bergaya arsitektur Tiongkok kuno yang sangat fantastis dan dibangun pada tahun 1900. 

Tjong A Fie Mansion


Tjong A Fie merupakan jutawan pertama di Sumatra yang ada terkenal sampai sekarang, walaupun dia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau di Belanda.

Di dalam Tjong A Fie Mansion yang berada di kota tua Medan, juga terdapat perabotan lama dan antik yang tertata rapi.

Di Jalan Ahmad Yani ini juga terdapat Restoran Tip Top. Di tempat ini, wisatawan dapat menikmati kuliner lezat sekaligus suasana 1930-an saat restoran ini didirikan.

Waktu itu, Restoran Tip Top yang berarti Sempurna ini menjadi tempat bersantainya orang-orang Belanda. 

Gedung Lonsum

Tidak jauh dari restoran ini, terdapat gedung Lonsum. Gedung bersejarah ini dibangun 1906. Arsitektur yang unik menjadikan gedung ini magnet bagi warga untuk berswafoto. Tidak jarang pula, gedung ini menjadi latar bagi foto pre-wedding

Gedung Lonsum

 

Masih di kawasan bisnis Kesawan ini pula, terdapat gedung Warenhuis yang berada di kawasan kota lama Medan, Jalan Hindu. Gedung tua yang masih berdiri kokoh hingga hari ini, merupakan supermarket pertama di Kota Medan yang berdiri pada tahun 1919. Selain sandang dan makanan, supermarket ini juga menyediakan barang-barang elektronik.

Kembali ke Jalan Ahmad Yani, lalu lurus menuju Lapangan Merdeka, tepatnya di Jalan Balai Kota terdapat Gedung Balai Kota.

Dulunya bangunan tempat bersejarah ini bernama Gemeentehuis, yakni kantor Wali Kota Medan pertama yaitu Baron Daniel Mackay pada masa pemerintahan Hindia- Belanda.

Dibangun tahun 1908 oleh biro arsitek Hulswit. Pada tahun 1913 direnovasi dan ditambahkan jam dinding besar pada bagian atas bangunan yang merupakan sumbangan dari Tjong A Fie.

Jam dinding merupakan buatan Firma Van Bergen di Hialigerlee (Belanda) ini dulu mengeluarkan bunyi di setiap jamnya.

Tepat di sebelah gedung Balai Kota, terdapat bangunan Kantor Bank Indonesia (BI) Medan yang merupakan gedung peninggalan kolonialis Belanda pada masa penjajahan.

Bangunan bersejarah itu didirikan pada tahun 1906 dan pembangunannya ditangani oleh perusahaan arsitek asal Belanda, namun berkantor di Batavia.

Arsitek yang merancang bangunan BI adalah Hulswit, Fermost, dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat perbankan Belanda dengan nama De Javasche.

Di seberangnya terdapat pula bangunan bersejarah di Medan, bangunan tua Kantor Pos yang megah dan indah.

Kantor pos yang  terletak berseberangan dengan Lapangan Merdeka ini mulai dibangun pada tahun 1909 dan selesai tahun 1911. Bangunan tua, merupakan proyek utama dikerjakan oleh Snuyf, seorang arsitektur yang menjadi kepala pekerjaan umum Belanda untuk Indonesia.

Masih di kawasan kota lama, Kesawan dengan karakter bangunan tiang besar yang kokoh, tidak jauh dari Kantor Pos terdapat Monumen Kereta Api.

Monumen yang berlokasi di Stasiun Kereta Api Medan, Jalan Stasiun ini merupakan lokomotif pertama di Medan. Dibuat pada tahun 1914 dengan nama Deli Spoorweg Maatschappij atau disingkat (DSM) 38 Kota Medan, Sumut.

Dulu, lokomotif ini digunakan untuk menarik gerbong barang bermuatan sawit atau karet dari daerah Tebing Tinggi atau Kisaran.

Adanya kereta api telah mendorong pertumbuhan di sektor perkebunan dan pertumbuhan ekonomi di sektor lain. Kemudian pada akhirnya membuat Tanh Melayu Deli (Medan) menjadi daerah yang maju dan berkembang pesat.

Lokomotif ini juga telah dilengkapi dengan rem tangan dan rem vakum. Tangki air berada di samping boiler. Kabin cukup luas dan didesain untuk daerah tropis serta dilengkapi dengan atap ganda dan jendela berada di samping.

Setelah menikmati monumen, wisatawan dapat berjalan terus ke depan melewati Stasiun Kereta Api, Bangunan Belanda di Medan, Titi Gantung, dan akan mendapatkan Pajak (Pasar) Ikan Lama.

Tempat ini merupakan bagian dari sejarah Kota Medan. Pajak Ikan Lama dibuka tahun 1890 oleh konglomerat Medan keturunan Tionghoa, Tjong A Fie, atas permintaan Pemerintah Belanda.

Tempat itu mulanya, menjadi pusat perdagangan ikan, sayur-mayur, dan aneka daging. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, menyusul putusnya hubungan transportasi nelayan dari Belawan ke Medan karena Sungai Deli tak mungkin lagi dilayari, Pasar Ikan Lama akhirnya berubah fungsi menjadi pusat penjualan kain dan pakaian murah.

Nah, bagi Anda yang tertarik untuk melakukan perjalanan wisata sejarah, dapat memulainya dari Istana Maimun. Penggemar fotografi, siapkan kamera, baik itu ponsel, DSLR, bagus juga bawa tripod, karya fotomu bisa lebih keren jika bangunan kuno tersebut diabadikan pagi hari atau sore. [Benhil, Andi Nasution]

Previous Post Next Post

Contact Form