Mengenal Punai Gading, Merpati Sejuta Warna

 

Burung Punai Gading

Salah satu burung asli Indonesia yaitu punai gading (Treron vernans). Burung ini kerap dijuluki colorful pigeon (merpati penuh warna) karena memiliki bulu-bulu indah di tubuhnya.

Tak hanya ditemukan di seluruh daerah di Indonesia, burung yang termasuk dalam keluarga dara dan merpati (Columbidae) juga dapat ditemui di negara-negara tetangga Asia Tenggara, semisal Vietnam, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Malaysia, dan Myanmar.

Carolus Linnaeus, ahli zoologi asal Swedia pertama kali mendeskripsikan punai gading dengan nama Columba vernans pada 1771. 

Kata vernans berasal dari bahasa Latin vernantis yang berarti cemerlang. Punai gading berkerabat dekat dengan punai siam (Treron bicinctus) atau orange-breasted green pigeon yang juga tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Dikutip dari Indonesia.go.id, burung ini tergolong merpati hutan dan menyukai area terbuka seperti tepian hutan primer, hutan sekunder, lahan pertanian, pesisir pantai, dan hutan mangrove.

Baca juga: Tujuh Rahasia Kunyit untuk Lovebird Biar Ngekek Terus

Tak jarang burung ini bisa ditemukan di wilayah perkotaan yang memiliki banyak pohon besar, seperti area kampus, taman-taman kota, kebun binatang, atau kebun raya.

Terkadang satwa itu menjelajah hingga hutan perbukitan pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (mdpl) seperti di Kalimantan. Bahkan di Sulawesi, punai cantik itu hidup di hutan pegunungan pada ketinggian 1.200 mdpl.

Satwa dari kelas Aves ini adalah pemakan buah (frugivor). Kegemarannya adalah memakan buah-buahan kecil, misalnya beringin (Ficus benjamina), kersen (Muntingia), senggani (Melastoma), sampare (Glochidion).

Ia juga senang makan buah pohon semak salju (Breynia disticha), legundi (Vitex), mara (Macaranga), nibung (Oncosperma), gandrik (Bridelia), dan ara (Ficus). Oleh karena itulah, ia memilih bersarang di pohon besar seperti beringin, apalagi jika masuk musim berbuah.

Disebut juga merpati pelangi, punai gading berperan penting dalam menyebarkan biji buah. Dinding lambungnya mempunyai otot-otot yang kuat dan mengandung kerisik untuk menggiling dan mencerna biji yang ada di dalam buah, ia adalah penyemai bibit yang baik. 

Merpati hutan yang juga bernama ilmiah Treron vernans ini merupakan satwa arboreal atau tinggal di atas pohon. Mereka banyak menghabiskan waktu mencari buah-buahan di tengah tajuk (kanopi) pohon. Burung ini jarang turun ke tanah kecuali untuk minum.

Burung punai gading termasuk spesies sosial, artinya biasa hidup dan mencari makan secara berkelompok, seperti terbang dalam formasi kelompok besar terdiri dari 5--70 ekor sekali terbang. 

Mobilitasnya pun terhitung tinggi dengan daya jelajah luas bahkan kerap berpindah sarang ke daerah yang jauh. Bagi punai gading dan juga jenis merpati hutan lainnya, terbang dalam formasi kelompok besar memberi keuntungan tersendiri.

Baca juga: Burung Tercantik di Dunia

Selain lebih mudah mencari dan menemukan pohon-pohon yang sedang berbuah, terbang dalam kelompok besar juga lebih menjamin keamanan.

Masing-masing individu burung dapat saling mengawasi satu sama lain. Kehadiran burung pemangsa seperti elang dan alap-alap lebih mudah terdeteksi. Berada dalam kelompok yang besar juga mempermudah punai gading dalam mencari pasangan.

Seperti jenis merpati lainnya, kepakan sayap punai gading terdengar keras saat lepas landas dari tempat bertenggernya. Uniknya, punai gading jarang bersuara sehingga cukup sulit diamati saat bertengger di balik daun-daun perdu dan pohon yang rimbun.

Cukup mudah untuk membedakan antara punai gading jantan dan betina kendati ukuran tubuh mereka saat dewasa umumnya relatif sama, yakni sekitar 25--30 sentimeter. 

Bulu-bulu pejantannya lebih meriah karena dipakai untuk memikat betina saat musim kawin tiba. Ciri khas pejantan adalah kepala abu-abu kebiruan juga di sisi leher dan tengkuk bawah, dan ada garis melintang pada dada berwarna merah jambu. Kemudian di dada bagian bawah ada bulatan besar warna jingga dan perut hijau dengan bagian bawah kuning.

Sisi-sisi rusuk dan pahanya bertepi putih, penutup bagian bawah ekor cokelat kemerahan. Punggung hijau, bulu penutup ekor atas perunggu. Sayap gelap dengan tepi kuning yang kontras pada bulu-bulu penutup sayap besar, dan akan terlihat jelas saat terbang. Perut kekuningan bercampur abu-abu kehijauan. Ekor abu-abu dengan garis hitam pada bagian subterminal dan tepi abu-abu pucat. Sungguh meriah warna bulu pejantan. Lalu bagaimana dengan si betina?

Meski sama-sama didominasi hijau daun, warna bulu-bulu betina cenderung kurang ramai dibandingkan jantan. Paruhnya berwarna abu-abu biru dengan pangkal hijau dan kaki merah. Tubuh bagian atas mulai dari mahkota hingga tunggir berwarna hijau zaitun atau hijau gelap. Bagian perut betina lebih terang dengan warna hijau kekuningan. Warna sayap serupa pejantan. Burung remaja mirip betina dengan sisi atas tubuh lebih abu-abu.

Punai gading berbiak sepanjang tahun. Ketika masa berbiak, jantan dan betina berbagi tugas. Pejantan bertanggung jawab mencari material sarang berupa ranting-ranting kering, rumput dan material lainnya. Selanjutnya, betina bertugas membangun sarang. Bentuk sarangnya sederhana, berupa tumpukan rumput dan ranting kering ditempatkan pada cabang atau ranting semak, perdu atau pohon dengan ketinggian antara 1--10 meter dari permukaan tanah.

Telur biasanya berjumlah dua butir yang dierami secara bergantian. Jantan mengerami telur saat siang hari. Sedangkan betina saat malam hari. Itu mereka lakukan selama 17 hari sebelum akhirnya telur menetas.

Burung raptor seperti elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) dan alap-alap sapi (Falco moluccensis) adalah pemangsa utama punai gading di alam liar. Perburuan terhadap punai gading acap dilakukan pemburu liar untuk dijadikan hewan peliharaan atau dikonsumsi dagingnya.

Punai gading memiliki daerah sebaran yang luas dan populasinya masih melimpah sehingga tidak tergolong jenis burung dilindungi. Burung ini juga masih dianggap berisiko rendah untuk punah dalam waktu dekat atau kategori least concern oleh badan konservasi alaminternasional, IUCN. Punai gading juga tidak tercantum dalam daftar Appendix CITES. Meski begitu, kita tetap wajib menjaga kelestariannya di alam Nusantara agar tidak punah dan jangan sampai hanya tinggal namanya. [Benhil Online]

Previous Post Next Post

Contact Form