Makna Kenaikan Yesus Kristus dan Kepemimpinan Yang Melayani

Kupang, 10/5 (Benhil) - Mikraj Isa Almasih atau Kenaikan Isa Almasih merupakan salah satu hari raya umat Kristen untuk memperingati kenaikan Yesus Kristus ke surga.

Dalam tradisi Kristen, perayaan Kenaikan Isa Almasih ini selalu berpindah hari, karena selalu jatuh pada hari ke-40 setelah Hari Raya Paskah. Dan, pada tahun ini, jatuh pada Kamis, 10 Mei 2018..

Dalam Kisah Para Rasul yang tertulis dalam injil, peristiwa kenaikan ini dicatat lebih detail, dan menggambarkan bahwa para murid Yesus masih banyak yang belum memahami benar arti seluruh peristiwa yang mereka hadapi pada saat itu. Banyak dari mereka yang masih berharap bahwa Yesus akan memulihkan kerajaan Daud yang runtuh sejak dikalahkan oleh Kerajaan Babel, tetapi Yesus mempunyai misi lain yang bukan datang dari dunia.

Kepada murid-murid-Nya, Yesus berpesan "...kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi..". Dan Yesus pun terangkat ke sorga, sambil disaksikan oleh murid-muridNya dalam keadaan tercengang.

Injil juga mencatat bahwa setelah itu, rasul-rasul Yesus kembali ke Yerusalem dari bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah menunggu 10 hari di Yerusalem, para murid mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari raya Pentakosta (Shavuot).

Kisah Kenaikan ini, sering menjadi subjek seni Kristen sejak abad ke-9, dimana adegan Kenaikan tersebut digambarkan menjadi dua bagian pada kubah-kubah gereja, yakni bagian atas untuk pemandangan surgawi dan bagian bawah untuk pemandangan duniawi.

Kristus yang sedang terangkat naik ke surga, membawa panji Kebangkitan atau dalam postur memberi berkat dengan tangan kanan-Nya.


Gerakan pemberkatan oleh Kristus dengan tangan kanan ini ditujukan kepada kelompok di dunia di bawah-Nya dan memberi makna bahwa Ia sedang memberkati seluruh gereja. Di tangan kiri-Nya, Ia membawa sebuah kitab Injil atau gulungan kertas, yang memberi makna tentang pengajaran dan pemberitaan Injil ke seluruh dunia.

Dengan kenaikan Yesus Kristus ke surga, orang-orang Kristen percaya akan mendapat jaminan menjadi warga negara Kerajaan Surga, sehingga pikiran dan perasaan orang hanya tertuju ke surga sebagai tempat persinggahan yang terakhir. Kenaikan Yesus ke surga memastikan kedatangan-Nya yang kedua kali untuk membawa semua orang percaya dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa ke suatu tanah air surgawi yang Tuhan Yesus sudah sediakan.

Kenaikan Yesus ke surga meneguhkan keyakinan orang Kristen bahwa Tuhan Yesus hidup, sehingga tidak perlu gelisah dan tawar hati dalam menghadapi segala pergumulan hidup sebagai orang yang beriman di bumi ini.

Kegelisahan hati yang membuat muka muram, iri hati, dendam, anakis, cemberut dan marah-marah, suatu tanda hati yang kosong, tiada damai sejahtera, tiada sukacita.

Tetapi, kenaikan Yesus ke surga meniadakan kegelisahan hati orang Kristen, melenyapkan kemarahan, kedengkian dan kejahatan, sehingga orang percaya diliputi dengan sukacita yang tidak terkatakan, walaupun masih hidup di tengah-tengah dunia yang penuh dengan penderitaan.

Makna Kenaikan Yesus ke surga mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak hidup dalam kenikmatan duniawi saja, tetapi lebih memperhatikan kehidupan spiritual mereka.

Laurens Darmani, salah seorang penulis Kristen mengatakan kenaikan Yesus ke surga secara umum mengingatkan semua umat beragama di dunia ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, karena kenaikan tersebut memberi bukti konkrit kehidupan setelah kematian (afterlife).

Semua agama di dunia ini pun menyadari bahwa bumi tempat tinggal ini hanyalah sementara, karena suatu saat nanti semua manusia juga akan meninggalkan dunia ini dan menghadap tahta pengadilan agung (Pengadilan putih) di alam baka kelak setiap perbuatan manusia di dunia akan diperhitungkan.

Pemimpin yang melayani Dalam komunitas tradisional di Afrika, pergantian kepemimpinan merupakan keputusan yang serius. Setelah seorang raja mangkat, pemilihan penerusnya dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain berasal dari keluarga kerajaan, penerus tersebut harus kuat, berani, dan bijaksana. Para kandidat akan diwawancara untuk menentukan apakah mereka rela melayani rakyat atau akan memerintah dengan tangan besi. Penerus raja haruslah seseorang yang dapat memimpin sekaligus melayani.

Raja Salomo sendiri pernah membuat keputusan yang buruk, ia juga mengkhawatirkan penggantinya. "Siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat". Putra Salomo, Rehabeam, akhirnya menjadi penerus takhta Salomo. Ternyata Rehabeam menunjukkan bahwa ia tidak cukup bijak sebagai raja dan akhirnya membuktikan kekhawatiran ayahnya.

Ketika rakyat meminta kondisi kerja yang lebih manusiawi, itulah kesempatan bagi Rehabeam untuk menunjukkan kepemimpinan yang melayani.

Bagaimana mencari pemimpin yang melayani bagi rakyat Nusa Tenggara Timur yang akan ditentukan melalui pilkada serentak pada 27 Juni 2018.

Agung Sasongko dalam bukunya "Pemimpin Yang Melayani" menegaskan pemimpin dengan kepemimpinannya, memegang peran yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan negara.

Para pemimpin di daerah diberi wewenang untuk mengelola sumber daya lokal yang dimiliki untuk membuat masyarakatnya menjadi lebih sejahtera. Namun, ada kecenderungan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada para pemimpin. Hal ini ditentukan berdasarkan indikator menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pemimpin antara lain berupa kondisi kesejahteraan masyarakat yang masih memprihatinkan, pelayanan publik yang belum memenuhi harapan, kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan, serta kemampuan yang kurang memadai sebagian seorang pemimpin.

Ada orang-orang tertentu yang dilahirkan dengan bakat sebagai pemimpin (leaders are born), namun sebagian besar pemimpin diciptakan (leaders are made) melalui suatu proses, tumbuh dan berkembang dari bawah, ditempa oleh berbagai pengalaman, ketekunan dan kerja keras serta tidak berhenti belajar sepanjang hidupnya.

Dan, kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur saat ini.

Para pemimpin-pelayan (servant leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual.

Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin. Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.

Dari empat pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023 yang telah mempresentasikan visi dan misinya lewat debat terbuka televisi, rakyat NTT bisa menentukan pilihannya, pasangan calon mana yang memiliki "servant leader" untuk dipilih pada 27 Juni 2018 dalam ajang Pemilu Gubernur NTT 2018. (Laurensius Molan)


Ilustrasi Kenaikan Yesus Kristus ke Surga

Previous Post Next Post

Contact Form