Tersiar kabar kalau Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyatakan bahwa murid sekolah bakal libur satu bulan penuh pada bulan Ramadan 2025.
Pernyataan kedua pejabat negara tentang libur Ramadan tahun depan itu muncul di media sosial (medsos) Facebook dan TikTok.
Prabowo menyatakan hal itu saat berkampanye tahun 2019, sedangkan Nasaruddin Umar menyatakan lewat video yang berisi foto dirinya dan diberi caption 'bulan puasa anak sekolah libur satu bulan penuh'.
Lalu pertanyaannya, apakah benar kalau libur Ramadan 2025 berlangsung 1 bulan penuh dari awal puasa sampai hari raya Lebaran? Mari kita lihat lebih detail.
Mengutip laman resmi Setkab.go.id menyatakan merujuk Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama (Menag), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) menerangkan kalau libur Lebaran tahun depan adalah yang paling panjang.
Detailnya sebagai berikut, libur nasional Idul Fitri 1446 H pada Senin dan Selasa, tanggal 31 Maret dan 1 April 2025. Ditambah 4 hari cuti bersama lebaran hari Rabu sampai Senin. Libur 6 hari itu masih ditambah libur akhir pekan dua kali, yakni akhir pekan pada 29 dan 30 Maret 2025, juga pada 5 dan 6 April 2025.
Jadi libur Lebaran 2025 adalah 10 hari, dan sebenarnya tidak terpaut jauh dengan libur lebaran tahun-tahun sebelumnya.
Dari situ bisa diambil kesimpulan kalau libur Lebaran 2025 selama sebulan penuh itu tidak benar.
Libur Panjang Jaman Gus Dur
Saat kabar Prabowo dan Menag meliburkan murid selama bulan Puasa 2025 muncul di medsos, netizen kebanyakan menanggapi dengan positif.
'Libur sebulan penuh seperti jaman Gus Dur [jadi presiden],' tulis seorang netizen.
'Alhamdulillah, bisa fokus ibadah puasa,' yang lain menambahkan.
'Ibu-ibu bisa lanjut tidur, tidak usah bangunkan anak-anak untuk sekolah,' tulis yang lain.
Namun beberapa netizen bersikap kritis dan berkomentar berbeda.
'Libur saat puasa bisa memicu tawuran karena hal sepele seperti perang sarung yang diisi batu,' tulis netizen itu.
Komentar itu cukup beralasan karena tahun lalu kegiatan keagamaan pengerahan massa saat puasa rampung telah menimbulkan korban jiwa. Hal itu terjadi saat takbiran yang berujung tawuran di Undaan, Kudus, Jawa Tengah. [Benhil]