Driver Ojek Online, yang Menyerah dan Optimis Bertahan

Ojol

Mata pencaharian sebagai ojek online (ojol) pernah sangat diminati dari tahun 2015 hingga 2018. Kini banyak ojol yang menyerah, tapi juga ada yang bertahan.

Pada saat pekerjaan transportasi berbasis aplikasi itu dibuka, animo masyarakat yang mendaftar lumayan tinggi. Deretan pendaftar ojol (yang saat itu pemainnya baru Gojek) semakin panjang saat mereka tahu kalau pendapatannya sangat lumayan.

Sangking bagusnya pendapatan Gojek saat itu, hingga banyak yang memutuskan untuk resign dari tempat kerja untuk fokus menjadi ojol. Hal itu disampaikan oleh Heri (50 tahun).

"Saat itu kalau fokus nggojek [kerja sebagai driver Gojek], sehari bisa dapat empat ratus ribuan, Kalau sampingan, bisa dapat seratus lima puluh ribuan," ujar pria asli Brebes yang sudah bergabung dengan Gojek sejak awal 2016 itu.

Pendapatan itu, menurut Heri, membuatnya bimbang karena pendapatan dari ojol jauh lebih besar dari gajinya sebagai sopir pabrik di Semarang yang saat itu berkisar Rp 2,3 juta.

"Setelah saya pertimbangkan, akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan dan memilih fokus nggojek," ujar driver ojol yang pernah menarik order di Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta itu.

Heri mengisahkan, selama fokus nggojek, pendapatan yang didapat memang lumayan, tapi dirinya selalu dihantui ketidakpastian.

"Kadang was-was juga kalau tiba-tiba kena suspend [hukuman] karena tindakan yang tidak sengaja. Namun ternyata pendapatan Gojek semakin turun dan tidak pasti," ujarnya.

Heri menuturkan, turunnya pendapatan ojol karena pengurangan bonus dan tarif, serta perang tarif dengan perusahaan ojol lain.

"Ditambah lagi order semakin sepi dengan adanya (perusahaan) ojol baru," ungkap bapak 2 anak itu.

Kondisi itu membuat Heri mengambil keputusan aman.

"Awal tahun 2019, saya memutuskan bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu Pom Bensin di Semarang, sembari nyambi nggojek," ujarnya dengan tersenyum.

Melihat pendapatan ojol saat ini yang semakin kecil, Heri bersyukur atas keputusannya saat itu.

Nggak Mau Ditawari Kerja

Berbeda dengan Heri, ada juga ojol yang sudah tidak tertarik kerja formal seperti Laksono (32 tahun).

"Mending kerja ojol, tidak ada yang perintah dan tidak ada aturan kerja. Kalau ada yang nawari kerja [formal], saya sudah nggak mau," ujar pria yang sudah bergabung dengan Grab sejak 2018 itu.

Menurut Laksono, akun ojol miliknya termasuk gacor (sering mendapat orderan) sehingga pendapatannya lebih banyak daripada ojol yang lain.

"Sehari dapat seratus lima puluh ribuan sudah lumayan. Jadi tetap kerja ojol saja," ujarnya sembari melihat ke teleponnya karena ada nada orderan masuk.

Dua menit kemudian Laksono sudah tiba di sebuah resto di Jalan Kaliurang Km 14 Yogyakarta, untuk menjemput pesanan di sana.

Dobel Akun

Tikno (43 tahun) menuturkan kiat khusus agar bisa bertahan kerja sebagai Ojol.

"Kita perlu punya dobel akun atau bahkan lebih, jadi tidak hanya tergantung pada satu akun ojol saja," ujar pria yang punya akun Gojek, Grab, dan Shopeefood itu.

Namun, Tikno mengakui kalau kerja ojol memang penuh ketidakpastian, tapi dia tidak punya ketrampilan yang memadai dan faktor usia mebuatnya sulit untuk kerja formal.

"Sudah tua, nggak ada yang mau nerima kerja. Paling nanti dagang saja," ujar driver ojol di Cawang, Jakarta Timur itu.

Tikno berpesan kepada anak muda untuk menambah ketrampilan sehingga punya masa depan bagus, jangan bergabung dengan ojol yang persaingannya semakin tajam. [Benhil]



Surga Tropis

Tropics Paradise is a collection of writings and papers presented at, from, and to the tropics. Actually, the tropics is a place that comfortable, warm, and affluent. But the situation goes undermined by the real interests that not coming from the tropics itself, such as politics, ideology, lifestyle, and others. So for that matters, Tropical Paradise wants to restore a beautiful sense of the area.

Previous Post Next Post

Contact Form