Bagi warga Solo penggemar masakan bebek Madura tidak perlu jauh-jauh pergi ke Madura atau ke Jakarta, di mana banyak warung yang menjualnya. Mereka cukup datang ke Warung Bebek Madura yang terletak di daerah Semanggi Solo.
Bebek Madura adalah masakan bebek goreng yang sambalnya dicampur dengan rempah berwarna hitam yang menggugah selera. Rempah pedas itu yang membedakan masakan ini dengan bebek goreng Lamongan yang disajikan dengan sambal terasi yang diaduk dengan jeruk nipis.
Entah kenapa, bebek bertabur rempah hitam ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur kalah pamor dengan yang dari Lamongan. Justru bebek Madura banyak digemari di Jakarta dan sekitarnya, terbukti dengan banyaknya warung yang menjual kuliner pedas ini.
Antara dua jenis bebek goreng itu manakah yang lebih lezat? Kalau itu tergantung selera. Pada umunya penikmat kuliner menyukai keduanya. Namun apabila sudah sering menikmati bebek Lamongan tentu ingin merasakan kelezatan bebek Madura. Begitu juga sebaliknya.
Masalahnya tidak semua warung yang menyajikan bebek Madura bisa mempertahankan kualitas rasa rempah dan daging bebeknya. Hal itu membuat pembeli kecewa dan menganggap kalau masakan khas pulau garam itu tidak enak. Padahal mereka hanya salah warung saja.
Pembeli Antri
Salah satu warung bebek Madura yang bisa menjaga rasa rempah dan kualitas dagingnya adalah warung bebek Madura di Semanggi Solo. Warung tersebut bisa mengobati kerinduan para penikmat kuliner itu sehingga tidak perlu pergi ke daerah asalnya atau bahkan ke ibu kota.
Warung yang terletak di Jalan Kyai Mojo atau tepatnya di sebelah Timur SPBU Semanggi (kiri jalan kalau dari pusat kota Solo) buka sore sampai malam hari.
Matahari baru saja tenggelam saat Benhil berkunjung ke tempat kuliner itu. Di situ hanya terdapat gerobak yang berisi potongan bebek dari sayap, paha, kepala, dan ati ampela. Tidak ada meja kursi untuk pengunjung yang makan di tempat.
Melihat kedatangan kami, dua perempuan berusia 30'an tahun dengan sigap menyambut. Yang satu menanyakan pesanan, sedangkan yang satunya menyiapkan tikar dan meja kecil. Ternyata masakan disantap secara lesehan.
Kami memesan nasi putih dan aneka lauk berupa bebek, ati ampela, dan kepala bebek. Tidak lupa dengan minumannya. Tidak berapa lama kemudian penjual menyediakan dua wadah kecil berisi sambal terasi dan rempah. Tidak menunggu lama, makanan langsung kamu santap dengan lahap.
Sembari makan, pembeli berdatangan satu demi satu. Sekitar lima pembeli rela antri menunggu proses masakan. Meskipun prosesnya relatif cepat, namun karena pembeli terus berdatangan, maka mereka harus menunggu giliran.
"Terima kasih, mbak. Saya jauh-jauh dari Semarang agar bisa beli bebek Madura ini lho," ucap seorang perempuan berusia 40'an tahun.
"Oh ya, terima kasih ya bu," ujar salah satu penjual itu dengan logat Maduranya yang kental.
Hingga kami meninggalkan warung itu, beberapa pembeli masih menunggu pesanannya. [Benhil]