Bubur Bayi Jadi Umpan Mancing Andalan


Bagi pemancing, khususnya ikan mas, selalu berusaha membuat umpan dengan beragam racikan guna menaklukkan targetnya yang terkadang membuat penasaran lantaran belum tentu umpan yang dibuat hari ini makan, esok disukai sang ikan.

Beragam upaya dilakukan oleh para pemancing untuk membuat umpan yang pas aromanya dan menarik ikan untuk menyantapnya.

Tak heran jika laman atau grup pemancing ramai dikunjungi, baik untuk saling berbagi ilmu maupun jual-beli, seperti umpan maupun atraktan atau essen (cairan perangsang) untuk membangkitkan selera makan ikan.

Namun sebagian pemancing menyadari bahwa essen di suatu tempat bisa membuat ikan tertarik, tetapi di tempat lain belum tentu. Karena banyak faktor yang memengaruhi, seperti kondisi air, cuaca, dan kebiasaan pemancing di kolam tersebut.

Maksud dari kebiasaan adalah jika di suatu kolam para pemancing kerap menggunakan aroma keras, seperti sereh, pala, minyak atsiri, atau lainnya, maka essen tersebut jika digunakan ke kolam yang biasa menggunakan aroma lembut tidak akan masuk dan sebaliknya. Karena itu, para pemancing pun terus berkreasi membuat umpan dengan aroma yang disukai ikan di suatu kolam, terutama di kolam pemancingan galatama pelampungan atau biasa disingkat "galapung". Mereka terus berinovasi hingga menemukan racikan yang pas, dan untuk mendapatkannya dilakukan berulang-ulang.

Johny misalnya, salah satu pemancing galapung di Wilayah Kota Bandarlampung mengakui untuk bisa membuat oplosan yang pas dari beragam aroma essen membutuhkan waktu cukup lama dan dilakukan berulang. Seperti untuk satu plastik pelet yang biasa digunakan perlu beberapa tetes essen aroma amis, wangi, dan keras (seperti sereh, pala atau almond).

Selain itu, ia juga memerhatikan suhu air dan udara. Jika musim panas, jenis essen apa yang digunakan, begitu pula jika musim hujan yang umumnya ikan akan sedikit naik, bahkan mengambang. Karena itu, Johny pun selalu bereksperimen untuk mendapatkan oplosan yang pas sehingga tinggal menggunakan ketika menemukan suhu atau kondisi air yang berbeda.

Apa yang dilakukan Johny itu dilakukan pula oleh mayoritas pemancing, khususnya di daerah atau kolam yang memperbolehkan menggunakan essen, bahkan sebagian pemancing di kolam tertentu bukan lagi menggunakan cc atau tetesan dari jarum suntik atau dari botol, namun ada yang langsung beberapa tutup botol. Bayangkan betapa kerasnya aroma tersebut. Hal itu terjadi karena ikan babon atau ikan target utama telah "jadi" dan kebal akan aroma.

Ada pemancing lain yang tidak menyukai penggunaan essen kimiawi. Ia memanfaatkan aroma alami, baik dari ikan maupun tumbuhan. Seperti untuk amisan menggunakan udang, ikan nila atau ikan gabus, bahkan belut dan wanginya dari daun pandan serta vanili serta santan kelapa.

Cara membuatnya memang agak repot dibandingkan menggunakan essen kimia. Jika menggunakan essen kimia cukup meneteskan di suatu wadah seperti mangkuk atau baskom plastik kecil, kemudian diberi air panas atau air dingin sesuai selera pemancing, masukkan pelet, diaduk, dan siap digunakan untuk memancing.

Tetapi jika menggunakan bahan alami, baik udang, ikan, atau belut harus direbus atau dikukus dulu, kemudian diambil dagingnya. Untuk udang biasanya mereka menghancurkannya menggunakan blender.

Setelah daging tersebut terkumpul, maka dimasukkan ke dalam wadah dicampur dengan beberapa wewangian tadi, selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik transparan diikat dan dikukus beberapa menit. Dan umpan siap dibawa ke kolam. Biasanya cara tersebut untuk beberapa waktu (hari, bahkan minggu) masih bisa menguasai kolam. Artinya, ikan kecil (ikan jatah) yang di bawah satu kilogram dan bisa dibawa pulang dapat dan ikan target pun kena.

Karena seringnya pemancing tersebut dapat juara, maka pemancing lainnya pun penasaran ingin mengetahui umpan apa yang digunakan. Biasanya, pemancing lain itu tidak langsung bertanya ke sang juara. Namun, matanya terus mengamati umpan apa yang digunakan, dan setelah bubar sesi pemancingan, para pemancing yang tak juara (lapak sebelah juara) berdiskusi untuk mengetahui umpan apa yang dipakai.

Akhirnya mereka pun bisa meniru. Sehingga di kolam itu, umpan sang juara tidak lagi mendominasi. Juara pun bisa pindah ke orang lain.

Mendapati itu, pemancing pun melakukan inovasi agar bisa "menguasai" lagi di kolam tersebut.

Ada yang memanfaatkan belut untuk mengincar ikan target. Caranya pun bervariasi seperti diambil dagingnya terus digerus dicampur dengan pelet, namun ada yang mengkreasinya menggunakan bubur bayi beras merah.

Awalnya para pemancing lain melihat pemancing tersebut membawa satu sachet bubur beras merah dan membuat adonan umpan cukup heran. Namun ketika ia bisa mengalahkan umpan udang itu, kemudian mereka pun berusaha mengintip bagaimana membuatnya. Biasanya para pemancing di suatu kolam ada kelompok-kelompok. Umumnya kelompok tersebut selain kedekatan dalam keluarga, juga kedekatan satu daerah. Sehingga umpan mereka sama.

Tujuannya jelas, untuk menjadi juara di semua kategori sehingga siapa pun pemenangnya dalam kelompok tersebut, pemancing lainnya (dalam kelompok) uang tiket (pendaftarannya) gratis.

Supri, salah satu pemancing yang "tidak pede" kalau tidak menggunakan belut dalam memancing "galapung" mengatakan dengan umpan yang ia buat ikan kecil tetap makan apalagi babon. Tak jarang ia kerap menjadi juara dengan umpan racikannya, sehingga rekan-rekannya mempercayakan Supri yang membuat umpannya.

Meski tidak dibuka secara utuh bagaimana ia meracik umpan tersebut, tetapi dari keterangan beberapa rekannya bahwa Supri menggunakan belut bukan dari beli di pasar yang umumnya dari budi daya. Ia memancing sendiri di pematang sawah, karena aroma amisnya beda antara belut budi daya dengan yang alami.

Karena itu, jika rekannya ingin dibuatkan umpan kreasinya, mereka pun diminta untuk mencari yang alami. Biasanya dilakukan malam hari dengan cara memancing atau menggunakan senter menelusuri sawah dan menangkapnya, baru esok digunakan untuk membuat umpan.

Cara membuatnya dan mencampurkannya dengan bubur bayi beras merah, tahapannya antara lain, belut tersebut direbus ditambah vanili, santan, dan daun pandan. Biarkan hingga mendekati kering. Angkat belut tersebut dan ambil dagingnya saja, dihaluskan cukup menggunakan sendok di dalam mangkuk.

Karena cukup lengket, maka untuk mengeraskannya dalam kondisi dingin menggunakan bubur bayi beras merah. Hasilnya, lebih cenderung harum. Aroma harum dan anyir dari belut tersebut, menurut Supri sangat disukai ikan mas babon. Cara mancingnya pun harus sabar. "Nitik" dan jangan berpindah-pindah spot dalam melempar umpan.

Namun, ia pun menjelaskan bahwa ada waktu-waktu tertentu ikan mas babon menyukai umpan racikannya yang menggunakan bubur bayi beras merah.

Sekarang, lanjut dia, tinggal para pemancing ingin menggunakan umpan apa, yang penting adalah "pede" dan jangan bosan untuk berkreasi dengan umpan andalan. (Tiono Subagyo)
Previous Post Next Post

Contact Form