Akhir Penyanderaan Warga Sipil Tembagapura Papua Dan Area PT Freeport



Jayapura,17/11 (Benhil) - Penyanderaan terhadap warga sipil yang bermukim di berbagai kampung di Distrik Tembagapura, Papua yang masuk dalam areal operasional PT Freeport Indonesia, Jumat (17/11) berakhir setelah satgas berhasil mengevakuasi sekitar 346 warga.

Ratusan warga yang disandera sejak awal November itu termasuk warga non Papua yang selama ini melakukan aktivitas di sekitar Kali Kabur, pengumpul atau pembeli emas serta warga yang membuka warung atau kios yang menjual barang kelontongan.

Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli mengatakan evakuasi yang dilakukan satgas sempat mendapat perlawanan dari kelompok kriminal bersenjata atau KKB yang terus melakukan penembakan dari ketinggian hingga menyulitkan warga dan anggota.

Apalagi jalan yang melintas hingga ke kampung Banti sudah dirusak hingga menyulitkan saat mengevakuasi warga apalagi kondisinya sempat merisaukan akibat kekurangan makanan. Warga sempat kekurangan pangan akibat KKB melarang mereka beraktifitas sehingga hanya bisa makan seadanya dengan menghabiskan isi warung yang tidak diambil KKB.

Saat evakuasi, kata Irjen Pol Boy Rafli, warga harus berjalan sekitar empat jam hingga tiba disekitar Mapolsek Tembagapura. Ke 347 warga termasuk 24 diantaranya anak anak kini sudah tiba di Timika dan masih ditampung di tempat penampungan yang disediakan sebelum dikembalikan ketengah keluarga, kata Kapolda Papua Irjen Boy Rafli.

Kapolda Papua mengakui, kondisi alam yang menjadi penghalang utama dalam menangkap pelaku teror bersenjata yang beroperasi disekitar Tembagapura.

Bahkan cuaca terkadang sangat ekstrem sementara KKB lebih menguasai medan dan terus melakukan penyerangan baik kepada aparat keamanan maupun warga sipil termasuk karyawan PT.Freeport.

Untuk mengantisipasi berulangnya aksi teror maka akan dilakukan penambahan pos di sejumlah kawasan yang dianggap rawan,kata Kapolda Papua, Dukungan TNI Penanganan dan evakuasi warga dari gangguan KKB dilakukan dengan dukungan penuh dari Tentara Nasional Indonesia atau TNI dalam hal ini Kodam XVII Cenderawasih dengan mengerahkan satu kompi prajuritnya.

"Kodam XVII memperbantukan satu kompi prajuritnya untuk bergabung dengan Satgas untuk mengejar kelompok bersenjata yang seringkali menganggu warga sipil dan aparat keamanan di wilayah operasional PT.Freeport," kata Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI George Supit.

Mayjen Supit mengatakan TNI akan terus membantu Polri dalam hal ini mengamankan wilayah Papua dari gangguan kelompok sipil bersenjata. Status Papua sama dengan daerah lainnya di Indonesia yakni tertib sipil sehingga penanganan gangguan tetap mengedepankan polisi.

Walaupun warga yang disandera sudah berhasil dievakuasi, pengamanan dikawasan Tembagapura dan sekitarnya tetap dilakukan, kata Mayjen TNI Supit.

ketakutan dan terintimidasi Desi Rante Tampang (33) salah satu warga yang sempat disandera bersama ratusan warga lainnya yang bermukim di longsoran menyatakan kelegaannya karena sudah berada ditempat yang aman.

"Puji syukur kepada Tuhan karena kami sudah berada ditempat yang aman sehingga tidak lagi merasa ketakutan dan terintimidasi seperti yang dialami beberapa waktu lalu," kata Desi yang mengaku sudah berada dikawasan longsoran sejak tahun 2014 lalu.

Wanita asal Toraja, Sulawesi Selatan itu mengaku selama insiden penyanderaan mereka selalu diliputi ketakutan karena KKB senantiasa berpatroli dari rumah ke rumah dengan membawa senjata api dan senjata tajam.

"Bila malam tiba kami semua dikumpulkan di satu rumah dan bila siang kami kembali ke rumah masing- masing namun bila mereka datang (KKB) kami langsung masuk ke alam ruangan atau kamar karena takut," kata Desi Rante Tampang.

"Saya tidak bisa mengenali wajah mereka karena rata rata mukanya sudah dihitamkan," kata ibu tiga anak yang sebelum insiden berjualan berbagai jenis barang kelontong.

Aparat gabungan Polri dan TNI yang tergabung dalam satgas, Jumat (17/11) berhasil mengevakuasi 347 warga yang selama dua minggu disandera KKB baik yang bermukim di longsoran maupun Kimbely.

Sedangkan 1000 an warga lainnya khususnya yang bermukim di Banti menyatakan tetap berada di kampungnya walaupun akses jalan menuju kampung tersebut sudah dirusak oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB itu. (Ben/An)
Previous Post Next Post

Contact Form