Profil Akhmad Sekhu Dunia Warta Dan Sastra

Profil Akhmad Sekhu

"Ingin terus berkarya, seumur hidup. Hidup sekali harus punya arti." Itulah sepenggal kalimat yang selalu dipegang Akhmad Sekhu, wartawan sekaligus sastrawan yang masih konsisten menekuni dunianya.

Lahir di Desa Jatibogor, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah 46 tahun silam, tepatnya 27 Mei 1971, Akhmad Sekhu aktif menulis puisi sejak sekolah dasar, kemudian secara intens mendapat bimbingan dari Piek Ardijanto Soeprijadi, sastrawan angkatan 1966, yang dikenal telaten mengulas karya-karya para penyair muda.

Seiring dengan perjalanan waktu dan tingkat pendidikannya, ternyata jiwa kepenulisan lelaki yang sempat menempuh pendidikan di SD Negeri Jatibogor 03, SMP Negeri 2 Kramat, SMA Pancasakti Tegal, LPK Prisma Asri Yogyakarta itu makin meletup-letup, terlebih lagi ketika dia menjalani kuliah di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Ketika menjadi mahasiswa di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Sekhu turut mendirikan Kelompok Sastra Mangkubumen (KSM) dan menjadi Ketua KSM periode 1994 s.d. 1996, kini KSM bermetamorfosis menjadi Teater Dokumen.

Sewaktu masih berstatus mahasiswa itulah dia mencoba menjadi kontributor rubrik "Suara Mahasiswa" di harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Dia meraih penghargaan Penulis Terbaik "Suara Mahasiswa" tahun 1999. Selain itu, pernah memenangi Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) sehingga mendapat beasiswa.

Pada tahun 1997, buku kumpulan puisi tunggalnya "Penyeberangan ke Masa Depan" terbit dan diberi kata pengantar Piek Ardijanto Soeprijadi.

Di akhir perkuliahan, kembali buku kumpulan puisi keduanya, "Cakrawala Menjelang", diterbitkan dengan Kata Pengantar Faruk H.T., sambutan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, endorsement Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dan Prof. Dr. Rachmad Djoko Pradopo.

Selama di Yogyakarta, pria kelahiran Kamis Kliwon itu turut terlibat di Komunitas Studi Sastra Yogyakarta (KKSY) dan Himpunan Sastrawan Muda Indonesia (Hismi).

Ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Sekhu makin aktif menggeluti dua dunia kepenulisan yang dirintisnya sejak di kampung halamannya (Tegal) maupun Yogyakarta (tempatnya menimba ilmu dan menempa diri sebagai wartawan dan sastrawan).

Di Ibu Kota, dia kemudian aktif di Masyarakat Sastra Jakarta (MSJ), Sanggar Teater Populer di Padepokan Seni Drama dan Film Teguh Karya, Sanggar Mentaya Estetika Gelanggang Remaja Planet Senen yang kemudian bermetamorfosis menjadi Komunitas Planet Senen (KoPS), meja budaya PDS H.B. Jassin TIM, Komunitas Penulis Skenario dan Sutradara Indonesia (KPSSI), dan Asosiasi Penulis Profesional (Penpro) Jakarta.

Ia juga bergabung di Yayasan Biografi Indonesia dan Akademi Kebangsaan pimpinan Nurinwa Ki S. Hendrowinoto di Depok.

Dalam jagat kewartawanan, dia tercatat di PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) DKI Jakarta, dan aktif di Forum Pewarta Film (FPF) dan Forum Wartawan Hiburan (Forwan).

Dalam perfilman, menjadi publicist film "Cerita Cinta" (2016), "Boven Digoel (2017).

Akhmad Sekhu juga menulis buku berbagai ajang festival film, seperti Buku Festival Film Indonesia (FFI) 2014 di Palembang, Buku Festival Film Etnik Nusantara (FFEN) 2015 di Biak Papua, Buku Usmar Ismail Awards (UIA) 2016 di Jakarta, Buku FFI 2016, dan Buku UIA 2017.

Kegiatan menulis banyak menelurkan karya berupa puisi, cerpen, novel, esai sastra-budaya, resensi buku, artikel arsitektur kota, kupasan film, telaah tentang televisi di berbagai media massa, antara lain, Majalah Horison, Majalah Tempo, Majalah Gatra, Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Suara Muhammadiyah, Seputar Indonesia, Bisnis Indonesia, Jurnal Nasional, Sinar Harapan, Serambi Indonesia, Koran Tempo, Koran Jakarta, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Bernas, Yogya Post, Solo Post, Surabaya Post, Lampung Post, dan Nova.

Merespons fenomena jagat internet dunia maya yang membudaya di masyarakat, tahun 2014 karya-karyanya berjudul "Maha Cinta", "Jus Cinta Campur Cemburu", "Lima Menit Bersama Suzanna", dan "Burung Kertas" diterbitkan dalam bentuk e-book oleh aksara maya. Cerita-cerita karyanya bisa dinikmati di http://moco.co.id/ Bahan Penelitian Karya-karya tulisan Akhamad Sekhu yang juga sering mengangkat sosial budaya masyarakat lokal banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana, salah satunya novel "Jejak Gelisah" (terbit 2005) yang berlatar belakang fenomena "budaya" gantung diri di Gunung Kidul Yogyakarta.

Novel tersebut dibedah dalam skripsi berjudul "Deskripsi Mitos Pulung Gantung dalam Novel Jejak Gelisah Karya Akhmad Sekhu" hasil penelitian Retno Octavianny, Fakultas Sastra, Universitas Sumatra Utara (USU).

"Budaya Jawa dalam Novel Jejak Gelisah Karya Akhmad Sekhu" (Faizia, Universitas Negeri Semarang), "Aspek Psikologi dalam Novel Jejak Gelisah Akhmad Sekhu serta Implikasinya bagi Pembelajaran Sastra di SMA" (Artika Anjayani, Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Universitas Pancasakti/UPS Tegal).

Penelitian lain berdasarkan novel "Jejak Gelisah" dilakukan oleh Aris Sutrimo, Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Universitas Pancasakti (UPS) Tegal dengan judul "Kajian Sosiologi Sastra pada Novel Jejak Gelisah karya Akhmad Sekhu dan Implikasinya bagi Pembelajaran Sastra di SMA".

Karya lain Akhamad Sekhu yang dijadikan rujukan penelitian, yakni cerpen "Lelaki Tua yang Lekat di Dinding Masjid" oleh Drs. Zainal Arifin, M.Hum., Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berjudul "Nilai-nilai Religius dalam Cerpen 'Lelaki Tua yang Lekat di Dinding Masjid' Karya Akhmad Sekhu" .

Sejumlah karya sastra yang telah dihasilkannya, yakni buku antologi komunal: Cerita dari Hutan Bakau (1994), Serayu (1995), Fasisme (1996), Mangkubumen (1996), Zamrud Khatulistiwa (1997), Tamansari (1998), Jentera Terkasa (1998), Gendewa (1999), Embun Tajalli (2000), Jakarta dalam Puisi Mutakhir (2001), Nyanyian Integrasi Bangsa (2001), Malam Bulan (2002), Nuansa Tatawarna Batin (2002), Aceh dalam Puisi (2003), Bisikan Kata Teriakan Kota (2003), Maha Duka Aceh (2005), Bumi Ini adalah Kita Jua (2005).

Akhmad Sekhu yang saat ini tercatat sebagai wartawan di Majalah Film Moviegoers (moviegoersmagazine.com) dan Tabloid Bintang Film itu novelnya "Dibuai Dimanjakan Kenangan" (2005) dimuat cerita bersambung di harian Sinar Harapan.

Bersama Komunitas Sastra Indonesia: Sebuah Perjalanan (2008), Antologi Seratus Puisi Bangkitlah Raga Negeriku! Bangkitlah Jiwa Bangsaku! (Seratus Tahun Budi Utomo 1908 s.d. 2008, diterbitkan Departemen Komunikasi dan Informatika RI, 2008), Murai dan Orang Gila (2010).

Puisi-puisinya, antara lain Antologi Puisi dan Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit (2010), Kabupaten Tegal; Mimpi, Perspektif, dan Harapan (2010), Antologi Puisi Penulis Lepas (2011), Negeri Cincin Api (2011), Equator (antologi 3 bahasa; Indonesia, Inggris, Jerman, 1230 halaman, 2011), Antologi Puisi Religi "Kosong = Ada" (2012).

Karya lainnya yakni Hantu Siul dan 14 Cerita Keren Lainnya (2014), Memo untuk Presiden (2014), Puisi Menolak Korupsi 4: Ensiklopegila Koruptor (2015), Antologi Puisi "Syair Persahabatan Dua Bangsa" 100 Penyair Indonesia dan Malaysia (2015), Membaca Kartini: Memaknai Emansipasi dan Kesetaraan Gender (2016), Memo Antiterorisme (2016), Memo Antikekerasan terhadap Anak (2016), Ziarah Sunyi (2017), Hikayat Secangkir Robusta (2017), Ensiklopedi Gubernur DKI Jakarta; dari Masa ke Masa (manuskrip, 2012).

Namanya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2016), Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).

Beberapa penghargaan pun pernah diterimannya, seperti memenangi Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999), Penulis Terbaik "Suara Mahasiswa" di harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1999), Pemenang Lomba Mengarang Pahlawan Nasional Mohammad Husni Thamrin di Jakarta (2004), Pemenang Favorit Lomba iB Kompasiana Blogging Day (2010), Pemenang Media Writing Competition Review Film "Laura & Marsha" (2013).

Berikutnya, Pemenang Cerpen Festival Fiksi Anak (2013), Pemenang Cerpen Festival Fiks Anak (2013), Pemenang Lomba Sinopsis Film Omnibus "Laki-Laki Lelaki" (2014), pemenang penulisan berita Moxplay (2017), pemenang penulisan berita Superbrands (2017), pemenang penulisan berita SC Johnson Gelar Nobar Film "Kartini" bersama 500 guru dan Dian Sastrowardoyo (2017).

Lelaki yang pernah menjadi guru menggambar di beberapa SD di Jakarta tersebut saat ini tercatat aktif di Forum Wartawan Hiburan (Forwan) dan Asosiasi Penulis Profesional (Penpro) Jakarta.

Akhmad Sekhu kini telah menyiapkan novel terbarunya berjudul "Chemistry", mengisahkan pergolakan cinta dua pemuda kampung yang mengalami pergolakan dan pertentangan tradisi. Rencannya terbit awal tahun 2018.

Tidak hanya sebagai ekspresi jiwa dan pertaruhan hidup, tetapi setiap karya bagi seorang Sekhu adalah catatan sejarah dalam perjalanan hidup yang dilaluinya hingga akhir hayat. Dunia warta dan sastra telah membentuk dirinya dan keduanya akan terus digelutinya dan terus menelurkan karya yang bermanfaatkan bagi masyarakat.

Sebagaimana pandangan yang selalu dilakoninya, bermanfaat bagi masyarakat melalui karya-karya dan bersyukur dengan hidup yang dijalani.

Rz.Subagyo
Previous Post Next Post

Contact Form