Pengembangan Kewirausahaan Bersemangat "Mapalus"



Kehadiran kewirausahan sangat dibutuhkan di setiap negara atau daerah karena perannya untuk menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan produksi dengan memanfaatkan setiap peluang.

Kemajuan ekonomi suatu bangsa dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat diwujudkan jika tersedia wirausahawan dalam jumlah yang cukup besar. Membudayakan kewirausahaan ialah mengarahkan wirausaha terutama kepada kegiatan ekonomi yang rasional, menguntungkan, berkelanjutan, dan dapat ditiru oleh masyarakat.

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Manado, Sulawesi Utara (Sulut) bekerja sama dengan Bank SulutGo (BSG) dan Bank Indonesia (BI) akan mengembangkan dunia kewirausahaan dengan semangat "Mapalus".

Ketua ISEI Manado, Sulut, Prof Paulus Kindangen menilai dunia kewirausahaan di Sulut masih sangat kecil, padahal potensinya cukup besar.

"Mapalus" adalah suatu sistem atau teknik kerja sama untuk kepentingan bersama dalam budaya Suku Minahasa. Secara fundamental, "Mapalus" suatu bentuk gotong royong tradisional yang memiliki perbedaan dengan bentuk-bentuk gotong royong modern, misalnya perkumpulan atau asosiasi usaha.

Paulus mengatakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Sulut sangat besar, namun sayangnya potensi belum dimanfaatkan secara optimal.

Oleh karena itu, perlu upaya semua pihak, terutama kolaborasi pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku bisnis, termasuk perbankan, untuk mengembangkan kewirausahaan di daerah.

Entaskan Kemiskinan Peningkatan dunia kewirausahaan menjadi kekuatan ampuh untuk mengentaskan kemiskinan di Provinsi Sulut.

Pengentasan kemiskinan menjadi eniscayaan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Upaya pengentasan kemiskinan menjadi semakin tidak mudah ketika tingkat kemiskinan sudah berada pada tingkat yang cukup rendah.

Paulus mengemukakan tentang perlunya kebijakan dan upaya strategis sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini terkait dengan usaha pengentasan kemiskinan.

Dunia kewirausahaan dan spirit kewirausahaan berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan di Sulut.

Kewirausahaan dengan spiritnya juga berpengaruh positif terhadap perluasan kesempatan kerja yang memberdayakan orang, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi kemiskinan.

Dia menjelaskan inklusi keuangan juga sangat berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia timur.

Kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan kredit industri pengolahan di kawasan timur Indonesia cenderung menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan di kawasan itu.

Oleh karena itu, hal yang esensial bahwa upaya mengurangi kemiskinan atau mengentaskan kemiskinan dilakukan dengan meningkatkan kewirausahaan dan mendorong pengembangan serta pelaksanaan inklusi keuangan.

Pengembangan kewirausahaan perlu dilakukan dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan pada berbagai jenjang pendidikan.

Di samping itu, dalam jangka pendek, perlu dilakukan pelatihan kewirausahaan untuk membentuk dan mengembangkan spirit kewirausahaan serta mempersiapkan peserta pelatihan untuk memulai dan atau mengembangkan usaha yang sudah beroperasi.

Pelatihan kewirausahaan seyogyanya dirancang secara teliti berdasarkan hasil penelitian dan observasi, serta pengalaman di lapangan. Alangkah baiknya jika pelatihan kewirausahaan dapat ditindaklanjuti dengan pemberian dukungan pendanaan dari perbankan bagi peserta pelatihan yang dinilai layak untuk memulai atau mengembangkan usahanya.

Upaya pendampingan juga diperlukan bagi para wirausahawan dalam menjalankan usahanya untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

Tantangan Menjadi wirausaha adalah suatu tantangan yang penuh dengan ketidakpastian terus menerus (uncertainty bearing). Untuk berhasil menjadi wirausahawan, perlu keberanian dan daya tahan dalam melalui berbagai halangan di dalam dan di luar usaha yang dijalankan.

Selain tekanan faktor ekonomi harus segera menghasilkan pendapatan, persepsi publik terhadap wirausaha belum mendapatkan penghargaan, seperti pekerjaan dan profesi yang lain atau menjadi pejabat pemerintah.

Itu sebabnya generasi muda di Indonesia belum terkondisi untuk menjadi wirausahawan, walaupun minatnya tinggi.

Praktisi ekonomi Sulut Roy Mandey mengatakan wirausaha akan membayar harga yang sangat mahal apabila tidak melakukan perubahan.

Untuk tetap bersaing, usaha-usaha baru harus perlu mempertimbangkan dan mempersiapkan diri menghadapi hasil baik atau buruk, atau sangat buruk sebagai dampak dari keputusan yang dibuat sendiri. Hal itu, sebagaimana yang diungkapkan Louis Pasteur bahwa "Chance favors the prepared mind". Hal yang sama juga berlaku bagi "prepared business".

Pertanyaannya, katanya, apakah orientasi pendidikan dan pengembangan wirausaha saat ini, baik yang dibuat institusi pendidikan maupun instansi pemerintah, dapat menjawab tantangan itu, di mana spirit berwirausaha diimbangi juga dengan penguatan keahlian dan ketrampilan untuk melakukan inovasi dan menyiasati kompetisi. Dia mengatakan hal lain yang berperan dalam membangun spirit kewirausahaan di daerah yang mayoritas masyarakat Kristen seperti Sulawesi Utara adalah pengaruh agama.

Untuk mengakselerasi tumbuhnya usaha baru di Sulawesi Utara, terobosan ekonomi yang dapat dilakukan adalah merealisasikan kewirausahaan kolektif dengan memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia dalam ekosistem kewirausahaan lokal.

Belajar dari program pemerintah dalam pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia, di mana petani bisa bermitra dengan perusahan melalui program plasma, ia melihat peluang petani kelapa di Sulawesi Utara untuk memiliki pabrik pengolahan kelapa sendiri.

Ada dua hasil akhir yang dapat dicapai apabila hal itu dilakukan, yakni petani kelapa bukan sekadar petani pemasok bahan baku bagi industri perkelapaan, tetapi juga pemilik usaha di industri perkelapaan.

Dengan sentuhan inovasi, produk-produk perkelapaan dapat lebih bernilai jual yang lebih tinggi dan memasuki pasar internasional atau global.

Dia menejalaskan bahwa hal ini mengacu kepada "economic capital dan social capital" yang telah dimiliki secara turun-temurun.

"Dahulu kita mengenal istilah 'boedel' (warisan) yang menjadi kebanggaan dan mempersatukan keluarga," katanya.

Akan tetapi, dampak persaingan komoditas kelapa yang diperdagangkan dengan nilai kadar minyak sebagai penentu harga, membuat minyak kelapa bukan lagi sebagai penentu harga dalam komoditas minyak nabati.

Seandainya pemerintah dan perbankan mempunyai kehendak konstruktif menjadikan program kemitraan ini untuk petani kelapa di mana lahan dan tanamannya sudah ada, maka petani kelapa bisa menjadi pemilik pabrik sehingga akan tercipta wirausaha baru yang bukan saja meningkatkan volume dan nilai ekspor, tetapi juga lapangan kerja.

Kewirausahaan kolektif berbasis produk kelapa merupakan inisiatif lokal untuk membangun spirit kewirausahaan dan untuk membangun usaha baru di Sulawesi Utara.

Kewirausahaan kolektif membawa perubahan dan perbaikan hidup yang berdampak besar, terlihat, dan terbangun pada tatanan ekosistem kewirausahaan dengan kondisi lokal.

Belum Pilihan Pakar ekonomi Universitas Sam ratulangi (Unsrat) Manado Bernard Tewal mengatakan dunia kewirausahaan belum menjadi pilihan pertama mahasiswa dalam bekerja.

Pekerjaan orang tua dan status keturunan memainkan peran yang menentukan dalam pilihan pekerjaan mahasiswa.

Efikasi diri serta dukungan relasional dan struktural berpengaruh positif yang signifikan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

Oleh karena itu, katanya, perlu upaya yang lebih serius agar mahasiswa, setelah lulus, lebih tertarik untuk berwirausaha, baik melalui proses pendidikan formal maupun nonformal.

Selain itu, perlu mengubah pola pikir mahasiswa agar tidak menjadikan pegawai negeri sipil sebagai pilihan utama pekerjaan mereka setelah lulus Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan pelatihan kewirausahaan guna mengurangi angka pengangguran masyarakat di daerah itu.

Kepala Disnakertrans Sulut Erny Tumundo mengatakan pelatihan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing akan dilakukan agar mereka yang telah lulus universitas bisa mendapat peluang kerja dengan baik.

Selain itu, setiap tahun dilakukan bursa kerja sebagai jembatan bagi pihak perusahan dalam mendapat ribuan tenaga kerja. Dia mengakui jumlah pengangguran di Sulut masih cukup banyak, meskipun terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Moh Edy Mahmud mengatakan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2017 menunjukkan peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk bekerja, sementara jumlah pengangguran mengalami fluktuasi.

Jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 bertambah 75 ribu orang dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2016 dan Februari 2016.

Penduduk yang bekerja pada Februari 2017 bertambah 71,3 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016 atau bertambah 90,5 ribu orang dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu (Februari 2016).

Jumlah penganggur pada Februari 2017 mengalami kenaikan, yaitu 3,9 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016, dan berkurang sebanyak 15,6 ribu orang dibandingkan dengan keadaan Februari 2016.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Utara pada Februari 2017 mencapai 6,12 persen, mengalami penurunan dibandingkan dengan TPT Agustus 2016 yang 6,18 persen atau mengalami penurunan dibandingkan dengan TPT Februari 2016 yang 7,82 persen.

Jauh Hari Direktur Utama Bank SulutGo Jeffry Dendeng menjelaskan kewirausaahan perlu terus didorong sejak jauh-jauh hari, khususnya untuk generasi muda.

Sejauh ini, pembinaan kepada generasi muda intens dilakukan Bank Indonesia, dan saat ini Bank SulutGo memberikan perhatian yang sama dengan harapan dapar mencetak wirausahawan muda potensial dengan skala UMKM.

Tentu saja, mereka juga memerlukan pendampingan maupun pelatihan. Selaku Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank SulutGo akan melakukan hal tersebut.

Pengembangan kewirausahaan membutuhkan tahapan pelatihan bisnis yang diawali dengan menggelar seminar seperti yang mereka laksanakan.

PT Bank SulutGo (BSG) berkerja sama dengan Sparkassen Bank asal Jerman dalam penyaluran kredit usaha mikro di daerah tersebut.

Pola pemberian kredit dianalisa dan dinilai sebagaimana diterapkan Sparkassen Bank Jerman. Hal itu menjadi acuan karena berhasil dilakukan oleh bank tersebut.

Pola pemberian kredit bagi usaha mikro ini dikenal dengan program Kredit Usaha Mikro Sejahtera (KUMS).

Kemudahan yang diberikan dalam pola ini, yakni agunan bisa berbentuk sepeda motor, persediaan barang dagangan, bahkan alat rumah tangga. Dengan demikian, debitur mendapatkan solusi mudah untuk mendapatkan pembiayaan. Kredit bisa cair maksimal tiga hari.

Bank SulutGo merupakan BPD kelima di Indonesia yang difasilitasi oleh Sparkassen Bank dalam menyalurkan kredit kepada pelaku usaha mikro. Pola kredit ini mampu menghasilkan nol non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah.

Bank SulutGo telah menyiapkan puluhan tenaga yang akan menjalankan program tersebut dan telah disebarkan ke seluruh cabang di Provinsi Sulut dan Gorontalo.

Sparkassen Bank yang menjadi pimpinan proyek kerja sama ini, katanya, merupakan bank tabungan terbesar di Jerman dengan "market share" 35 persen.

Sinergi Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan usaha secara sinergi penting dilakukan untuk mengembangkan kewirausahaan lewat "Mapalus".

Langkah sinergi itu penting agar pengembangan kewirausahaan melalui "Mapalus" mampu mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, meningkatkan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

Sinergi antara pemerintah daerah dalam semangat "Mapalus", juga sebagai langkah utama dalam mengoptimalkan pemanfaatan setiap sumber daya, potensi, dan talenta yang dimiliki untuk membangun dan memberdayakan masyarakat.

Selain itu, ucapnya, perlunya masukan, saran, rekomendasi, berbagai ide, dan inovasi baru berdasarkan analisis kinerja pembangunan daerah.

Ia mengemukakan tentang pentingnya semua pihak untuk berkepentingan ikut serta dalam berbagai tahapan pengembangan kewirausahaan bersemangat "Mapalus" itu guna mempercepat pembangunan berkualitas untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Semua pihak harus menjadi motor penggerak masyarakat agar berani berwirausaha, khususnya di sektor UMKM serta industri kecil dan menengah, karena hasil usaha tersebut untuk peningkatan finansial secara pribadi dan membuka lapangan pekerjaan.

Sasaran akhirnya, terwujud Sulawesi Utara berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik, dan berkepribadian dalam budaya, yang menjadi visi Provinsi Sulut saat ini.

Nancy Lynda Tagauw
Previous Post Next Post

Contact Form