Integritas Pemuda Dipertaruhkan

Sumpah Pemuda

Manado, 28/10 (Benhil) - Begitu banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia, seperti korupsi yang kian merajalela, penyalahgunaan wewenang, lemahnya penegakan hukum, in-efisiensi birokrasi, harga bahan-bahan pokok yang naik, dan ancaman perpecahan bangsa.

Penyebab berbagai persoalan banga itu, sebagian besar karena lemahnya integritas.

Kemajuan atau kemunduran suatu bangsa banyak ditentukan oleh seberapa besar integritas yang dimiliki.

Jika suatu negara dipimpin oleh pemimpin dengan integritas yang rendah maka dengan mudahnya akan melakukan penyelewengan kekuasaan demi kepentingan pribadinya.

Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Integritas pun sering diidentikkan dengan kejujuran.

Dengan demikian, di dalam integritas terhimpun berbagai sifat pendukung yang bisa membuat orang menjadi berwibawa, jujur, dan konsisten terhadap kebenaran.

Pemuda adalah harapan bangsa yang sering diidentikkan sebagai generasi yang idealis, dinamis, progresif, dan memiliki integritas. Hal inilah yang menjadi keunggulan kaum muda dibandingkan dengan kaum tua.

Meskipun mungkin dari segi pengalaman belum sematang kaum tua, pemuda memiliki tanggung jawab yang besar untuk membawa perubahan bagi kemajuan bangsa.

Tokoh Pemuda Kakas Minahasa, Sulawesi Utara, James Moray, mengatakan pemuda mempunyai peran penting dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gambaran nyata begitu banyak kontribusi pemuda untuk pembangunan negara, akan tetapi juga begitu banyak nilai spirit dari pemuda mulai terkikis dan makin merosot dengan segala konsekuensinya.

Harapan dari pemuda kepada pemerintah untuk memberikan ruang seluas-luasnya, demi kontribusi serta memberi masukan bagi bangsa dan negara ini.

Ketua Pemuda Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Toar Pangkey mengatakan peran pemuda saat ini sangat penting untuk perkembangan Bangsa Indonesia, karena masa depan bangsa ada di tangan genarasi muda saat ini.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang-orang muda saat ini, antara lain dengan menjauhkan diri dari hal-hal negatif, seperti narkoba, perilaku seks bebas, minuman beralkohol, dan semua hal yang akan membuat masa depan anak muda menjadi suram.

"Karena untuk menghancurkan suatu negara tidak dengan berperang, tapi cukup hancurkan masa depan generasi mudanya," jelasnya.

Goresan Penting Dalam konteks sejarah nasional, pemuda telah mencatatkan beberapa goresan penting yang tidak akan mungkin dapat terlupakan oleh Bangsa Indonesia.

Goresan tersebut terekam dalam beberapa momentum historis bangsa yang mencerminkan betapa besarnya peran pemuda terhadap dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam rangka mendorong bangsa dan negara menuju suatu eksistensi yang lebih kokoh.

Ketua Pemuda Tompaso Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Winny Wowor, mengatakan momentum Sumpah Pemuda, saat berkumpulnya kelompok-kelompok pemuda dari berbagai organisasi kedaerahan, kesukuan, dan agama pada 71 tahun lalu atau 1928, sebagai perwujudan tekad bersama untuk hidup dalam suatu kesatuan bangsa, tanah air, dan bahasa Indonesia.

Dalam momentum itu, para pemuda Indonesia meletakkan kerangka landasan atau embrio bagi terwujudnya Indonesia sebagai negara bangsa.

Selain itu, saat-saat menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pemuda juga menggoreskan catatan penting bagi sejarah berdirinya NKRI.

Ketika itu, sekelempok pemuda membawa Soekarno menjauh dari Jakarta, dengan membawanya ke Rengas Dengklok. Mereka kemudian mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi.

Hal itu mereka tempuh, ketika pemimpin lainnya tengah berpikir untuk menempuh langkah diplomatik dan jalur politik terkait dengan proklamasi.

Oleh karena desakan kuat kalangan pemuda, pada 17 Agustus 1945, "Dwi Tunggal" pemimpin bangsa (Soekarno-Hatta) kemudian menindaklanjuti dan terjadilah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kalangan pemuda yang tergabung dalam aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan kelompok pemuda, pelajar, sarjana, buruh, perempuan lainnya juga menggoreskan peranan penting dalam sejarah Bangsa Indonesia, terkait dengan Tritura pada 1966.

Peristiwa tersebut sebagai koreksi yang disampaikan kalangan pemuda karena menilai perjalanan bangsa dianggap melenceng dari komitmen awal perjuangan mewujudkan kemerdekaan Indonesia Peristiwa Tritura itu melahirkan Angkatan 66 yang melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa, walaupun kemudian pada akhir era 1990-an dikoreksi lagi oleh pemuda.

Masih cukup hangat di benak generasi bangsa, tentang peran pemuda, khususnya kalangan mahasiswa pada 1998-1999, sebagai pelopor terhadap koreksi terhadap kebekuan konstelasi sosio politik Indonesia selama 32 tahun.

Melalui tuntutan mereka untuk reformasi di segala sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, lahir tatanan kebangsaan dan kenegaraan yang terjadi sekarang ini.

Pada masa lalu pemuda mengikrarkan tentang persatuan, zaman sekarang seharusnya pemuda menjadi pelopor perjuangan mempertahankan persatuan yang telah didengungkan sejak 1928 itu.

"Jangan membesar-besarkan perbedaan, jangan mudah terprovokasi isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), tetapi konsisten mempertahankan NKRI," kata Wowor.

Entah disadari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselarasi pembangunan, termasuk pula dalam proses kehidupan beragama, berbudaya, berbangsa, dan bernegara.

Baik buruknya suatu negara dapat dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan negara.

Generasi muda harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berdaya saing, mampu menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untung bersaing secara global.

Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial politik, dan agen perubahan di segala aspek pembangunan nasional.

Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan menumbuhkembangkan aspek etika dan moralitas dalam bertindak di setiap dimensi kehidupan kepemudaan, memperkuat iman dan takwa, serta ketahanan mental spiritual, dan meningkatkan kesadaran hukum.

Sebagai kontrol sosial, diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan, membangkitan kesadaran atas tanggung jawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara, membangkitan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik, menjamin transparansi dan akuntabilitas publik, dan memberikan kemudahan akses informasi, mencintai perbedaan, serta berperan aktif dalam menjaga perdamaian.

Sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan politik dan demokratisasi, sumber daya ekonomi, kepedulian terhadap masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, olah raga, seni dan budaya, peduli terhadap lingkungan hidup, pendidikan kewirausahaan, serta kepemimpinan dan kepeloporan pemuda.

Dalam proses pembangunan bangsa, pemuda menjadi kekuatan moral dan kontrol sosial terhadap perubahan, sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik, dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional.

Untuk itu, katanya, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi pembangunan perlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional.

Hal itu, sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, keadilan, partisipatif, kebersamaan, kesetaraan, dan kemandirian. (Ben/An)

Nancy Lynda Tigauw
Previous Post Next Post

Contact Form