Genjot Kunjungan Wisatawan Asal Thailand Butuh Kemasan Khusus


Thailand
Jakarta, 13/10 (Benhil) - Peningkatan kemampuan mengemas paket wisata ke sejumlah tujuan wisata di Indonesia tampaknya harus menjadi "pekerjaan rumah" utama pemangku kepentingan pariwisata negeri ini jika ingin meningkatkan kunjungan wisatawan dari Thailand.

Maklum, karakteristik tujuan wisata di Thailand dan Indonesia bisa dikatakan tidak terlalu berbeda. Kedua negara itu, antara lain mempunyai wisata laut, pantai, belanja, dan budaya.

Artinya, wisatawan asal Thailand itu harus mampu diyakinkan bahwa mereka akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang unik dan berbeda jika melancong ke Indonesia yang aman dan bersahabat.

Peningkatan kemampuan mengemas paket wisata itu diperlukan mengingat Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada tahun ini menargetkan kunjungan wisatawan asal Thailand sebanyak 118.000 orang atau meningkat dibandingkan 2016 yang sebanyak 98.864 orang.

Meski ada peningkatan, jumlah target kunjungan wisatawan Thailand itu masih jauh di bawah kunjungan wisatawan negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura yang mencapai 1.472.767 orang dan Malaysia yang mencapai 1.225.458 orang.

Bagi Indonesia, pertumbuhan wisatawan Thailand, baik yang berwisata di dalam dan ke luar negeri yang selalu meningkat setiap tahun, menjadi perhatian khusus.

Thailand, menurut Kepala Subbidang Misi Penjualan Minat Khusus dan MICE Kemenpar Wiwiek Widyawati, kini merupakan salah satu pasar prioritas Indonesia di wilayah Asia Tenggara.

Thailand memiliki "in-bound" atau wisatawan mancanegara sebanyak 32 juta orang pada 2016, sementara total "out-bound" atau wisatawan Thailand yang ke luar negeri pada 2015 sebanyak 9,65 juta orang.

Komunitas Dalam menyusun paket-paket wisata, mungkin perlu diperhatikan apa yang diungkapkan Vice Consul Konsulat RI di Songkhla, Thailand, Rendy Hadiputra Hadi.

Rendy berpendapat, Kemenpar perlu mengembangkan promosi kepada komunitas minat khusus seperti komunitas "yacht" di Phuket dan warga Muslim di Thailand Selatan yang memiliki anak-anak yang bersekolah dan belajar di Indonesia.

Kemenpar perlu juga melakukan promosi kepada wisatawan asing yang berada di negeri Thailand, mengingat negara yang sukses dengan bisnis wisatanya tersebut menerima sekitar 30 juta wisatawan asing serta promosi dan fasilitasi agar terbentuk jaringan antara operator tour.

Menurut Rendy, dari total "out-bond" wisatawan Thailand pada 2015 yang berjumlah 9,65 juta, Indonesia menjadi tujuan favorit ke-12 bagi warga Thailand. Tujuan utama warga Thailand adalah negara yang berbatasan darat dengan Thailand, yaitu Laos, Myanmar, dan Malaysia.

Sementara itu, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Thailand Selatan pada 2016 tercatat 101.609 orang. Mereka masuk ke wilayah Thailand Selatan melalui Provinsi Songkhla (62.721), Provinsi Phuket (24.596), Provinsi Krabi (3.907), Provinsi Narathiwat (3.481), Provinsi Suratthani (1.049), Provinsi Yala (4.551), dan Provinsi Satun (1.304).

Jangan Hanya Alam Berkaitan dengan strategi, pemerintah dan pelaku bisnis wisata Indonesia perlu mengemas produk wisata tidak hanya dari sisi alam yang unik dan indah, tapi juga masyarakat atau orang dan kebudayaannya untuk dijual ke pasar Thailand.

Menurut pemerhati pariwisata Paul Edmundus Tallo, Indonesia harus menonjolkan potensi wisata yang dimiliki Indonesia dari sisi manusia dan kebudayaannya, bahkan bisa menjadikannya sebagai "tagline" penjualan wisata Indonesia.

Thailand, kata Paul, dapat dikatakan sebagai "sarang wisatawan" karena tingginya peningkatan jumlah pelancong, baik yang di dalam negeri maupun yang ke luar negeri dari tahun ke tahun.

Oleh karena hal tersebut, pihak terkait harus mempunyai strategi khusus jika ingin menggenjot kunjungan wisatawan dari Thailand ke Indonesia, tentu butuh kemasan khusus.

Misalnya dengan membuat paket-paket produk yang lebih unik dan spesifik yang hanya bisa ditemui di Indonesia, seperti mengenali masyarakat di Indonesia, misalnya orang Jakarta, Jawa Barat atau Tapanuli, serta unsur kebudayaan yang pasti melekat pada masyarakat yang dikunjungi.

Ia yakin produk seperti itu pasti digemari wisatawan asing karena unik, spesifik dan tidak ada di negara lain. Mengetahui fisik orang Jakarta atau Jawa Barat serta dialek dan kebudayaannya misalnya, pasti tidak bakal ditemui di tempat lain kecuali di lokasi orang itu berada.

Produk yang ditawarkan bakal menambah pemahaman, pengetahuan wisatawan berkaitan dengan kunjungan wisatanya yang dilakukan, khususnya tentang orang dan kebudayaannya.

Kolaborasi Kegiatan "sales mission" atau misi penjualan wisata "leisure" ke tiga kota di Thailand, yakni Phuket, Chiang Mai dan Bangkok, yang diselenggarakan Kemenpar pada awal bulan ini diharapkan mampu menemukan terobosan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan Thailand untuk melancong ke Indonesia.

Dalam kegiatan yang difasilitasi Kemenpar itu, biro perjalanan asal Indonesia bertemu dengan biro perjalanan asal Thailand.

Mereka dapat berkolaborasi dan menjalin hubungan bisnis sehingga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan Thailand ke Indonesia melalui penjualan paket wisata dan didukung dengan konektivitas yang semakin luas.

Berdasarkan kuesioner atau "Buyer Profile Report" yang diserahkan dalam kegiatan "Sales Mission" tiga Kota di Thailand itu, terjadi transaksi berpotensi yang diperkirakan mencapai 26.804 pax dengan nilai transaksi Rp54,01 miliar Rinciannya, Phuket sebanyak 2.736 pax senilai Rp6,97 miliar dengan tujuan yang paling diminati Bali, Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya. Chiang Mai sebanyak 7.932 pax senilai Rp14,71 miliar dengan tujuan yang paling diminati Bali, Yogyakarta, Medan, Jakarta, dan Surabaya.

Selanjutnya Bangkok sebanyak 16.136 pax senilai Rp32,33 miliar dengan tjuan yang paling diminati Bali, Yogyakarta, Lombok dan Jakarta atau Bandung. (Ben/An)

Ahmad Buchori
Previous Post Next Post

Contact Form