Delapan Jam Bagi Rohingya


Terik mentari di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Rabu (13/9) tidak menyurutkan personel Paskhas TNI AU mengangkat barang bantuan yang hendak diberikan kepada pengungsi Rohingya di Distrik Cox's Bazar, Bangladesh.

Ada sejumlah tumpukan karung barang bantuan yang sudah dimasukkan ke dalam empat C130 Hercules TNI AU bernomor registrasi A1316, A1319, A1326, dan A1335.

Pemerintah RI memang telah mengumpulkan sumbangan dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah. Pada gelombang pertama terkumpul delapan jenis barang bagi warga Rohingya.

Etnis Rohingya yang tinggal di Rakhine State, Myanmar, terpaksa mengungsi dari tanah airnya karena pengusiran bersenjata oleh aparat keamanan Myanmar.

Bantuan awal yang dikirim Pemerintah Indonesia terdiri atas 30 ton beras, 1 ton gula pasir, 2004 makanan cepat saji, 20 unit tenda darurat, 600 paket "family kit" atau keperluan keluarga, 10 tangki air darurat, 14 ribu helai selimut, dan 900 paket pakaian.
si
Antara berkesempatan turut dalam misi pengiriman bantuan kemanusiaan Indonesia bersama A1316 Hercules TNI AU menuju Bandara Hazrat Shah Amanat di Kota Chittagong, Bangladesh.

Kota Chittagong, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dipilih untuk mendaratkan bantuan karena letaknya yang paling berdekatan dengan Distrik Cox's Bazar, berjarak sekitar 170 kilometer atau empat jam melalui jalan darat.

Dalam hal kemanusiaan, Pemerintah Indonesia akan bekerja sama, baik dengan sesama pemerintah negara sahabat maupun bersama relawan atau donatur hingga pemda di seluruh Indonesia.

Usai diberangkatkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Lanud Halim, seluruh kru pesawat segera mempersiapkan "Herky", sebutan untuk Hercules, untuk tinggal landas Jakarta.

"Kita harapkan bantuan ini akan sampai mendekati lokasi yang diinginkan kurang lebih 170 kilometer dari bandara yang ada kemudian baru diangkut oleh truk menuju ke lokasi pengungsi yang berada di perbatasan Bangladesh dan Myanmar," kata Presiden.

Deru mesin C130 Hercules terdengar mendengung. Pesawat kargo berpendorong empat baling-baling itu segera meluncur terbang di landasan di Lanud Halim Perdanakusuma membawa serta 54 ton barang bantuan bagi etnis Rohingya yang ada di Bangladesh.

Total lama penerbangan bersama "Si Herky" yaitu delapan jam. Jakarta ke Lanud Sultan Iskandar Muda, Aceh selama empat jam kemudian Aceh menuju Bandara Hazrat Shah Amanat di Kota Chittagong, Bangladesh juga empat jam.

Antara menumpang Hercules bernomor registrasi A1316 dengan barang bantuan yang dibawa, yaitu 10 unit tenda dan 7.000 helai selimut dengan total berat 20 ton.

Terbang di ketinggian 18.000 kaki atau 5,4 kilometer di udara membuat suhu udara di dalam Hercules begitu dingin. Wajar, karena "Herky" bukan pesawat yang kedap udara karena ruang kargonya tidak berkompresi.

Tumpukan selimut yang dibungkus di dalam 150 karung membuat penerbangan selama empat jam Jakarta-Aceh itu nyaman layaknya "first class" pada maskapai swasta.

Betapa tidak, sejumlah awak media dan 10 anggota Paskhas TNI AU merasakan nikmatnya terlelap di atas tumpukan karung berisi selimut.

Suasana guyub dan akrab begitu terasa di dalam pesawat. Kotak nasi maupun penganan selalu ditawarkan oleh kru pesawat "Herky" A1316, begitu ramahnya.

Menit pun berlalu hingga akhirnya rombongan pesawat tiba di Lanud Sultan Iskandar Muda, Provinsi Aceh yang juga menjadi Posko Civic Mission Pengiriman Bantuan Kemanusiaan untuk Rohingya, mengingat jarak titik itu yang terdekat ke Bangladesh ataupun Myanmar.

Satu per satu dari total empat pesawat mendarat di Bandara itu. Barang bantuan tetap disimpan di dalam pesawat, tidak ada yang kurang satu pun.

Selain pesawat mengisi bahan bakar, TNI AU juga menunggu jadwal "landing slot" yang akan diberikan oleh pengelola pendaratan "civil aviation" pihak Bangladesh.

Para kru udara "Herky", anggota Paskhas TNI AU dan awak media bermalam di mess TNI AU yang berada di komplek Lanud Sultan Iskandar Muda pada Rabu malam, sebelum melanjutkan penerbangan yang dilakukan keesokannya.

Tenda pertama Rencana keberangkatan pada pukul 05.45 WIB ke Bangladesh ternyata mundur menjadi pukul 12.00 WIB. Hal itu karena "landing slot" yang diberikan bandara di Chittagong pada pukul 17.00 waktu Bangladesh dengan perbedaan waktu satu jam lebih lambat daripada Jakarta.

Usai menunaikan shalat zuhur, para kru dan anggota Paskhas TNI AU gembira melihat hujan sedikit mereda.

Keceriaan bertambah sempurna karena "civil aviation" Bangladesh baru saja memberikan "flight clearance" untuk dua hercules terbang di wilayah udaranya.

TNI AU juga mengapresiasi sejumlah negara tetangga lain, yaitu Malaysia, Thailand, dan Myanmar yang juga sudah memberikan "flight clearance".

Awak media bersama tim BNPB dan TNI AU menikmati empat jam penerbangan bersama "Herky" A1316 menuju Chittagong.

Selain A1316, hercules yang mendapat giliran mengudara pada sorti kedua yaitu A1319 yang dijadwalkan mendarat di Chittagong pukul 19.00 waktu Bangladesh untuk mengusung 10 ton beras.

A1316 membawa 10 unit tenda darurat dan 7.000 selimut yang menurut Pemerintah Bangladesh dibutuhkan cepat untuk menampung para pengungsi yang kebanyakan menghuni wilayah Kutupalong, Distrik Cox's Bazar.

Di Bandara Hazrat Shah Amanat, barang bantuan diterima oleh Dubes RI untuk Bangladesh Rina Soemarno yang selanjutnya menyerahkan kepada District Comissoner Chittagong Md Zillur Rahman Chowdury sebagai perwakilan Pemerintah Bangladesh "Alhamdulillah barang bantuan sudah diterima. Di Cox's Bazar kamp-kamp pengungsian sudah melebihi kapasitas sehingga dibangun kamp tenda asal-asalan yang didirikan pakai bambu dan terpal yang kalau hujan angin akan terbang," kata Rina di Chittagong pada Kamis (14/9).

Barang bantuan itu segera dipindahkan dari pesawat menuju gudang sementara di Bandara Hazrat Shah Amanat dan dimasukkan ke dalam truk-truk yang telah menanti.

Kendati demikian, pengiriman barang tidak dilakukan pada Kamis malam, mengingat medan jalan darat yang licin akibat hujan dan ban truk rentan terjebak lumpur. Pemda Chittagong memutuskan untuk mengirimkan ke gudang di Cox's Bazar pada Jumat (15/9) pagi.

KBRI juga berupaya untuk mendapatkan akses agar pihak Pemerintah Indonesia dapat masuk ke Cox's Bazar untuk meninjau kondisi pengungsian dalam menilai kebutuhan bantuan apa saja yang perlu dikirimkan.

Kericuhan yang terjadi saat pembagian bantuan dari salah satu negara donatur pada Jumat membuat Pemerintah Bangladesh mengetatkan pengawalan bagi donatur yang hendak pergi ke Cox's Bazar, demi alasan keamanan.

Menurut Ketua Tim SOS Rohingya dari LSM Aksi Cepat Tanggap (ACT) Rahadiansyah, kejadian itu karena adanya donatur yang membagikan bantuan di pinggir jalan raya.

"Pengungsi ada yang tertabrak bus umum di jalan raya. Memang kerap terjadi, makanya saat membagi-bagi bantuan harus cermat dan hati-hati juga," ujarnya.

Pemerintah daerah Cox's Bazar berencana membagi bantuan asal Indonesia pada Senin di 12 titik.

Lokasi-lokasi yang disasar pemerintah, yaitu Kutupalong temporary camp-1, Kutupalong temporary camp-2, Balukhali temporary camp-1, Balukhali temporary camp-2, Moynar Ghona Palongkhali, Thaingkhali, dan Hakimpara Ukhia.

Selain itu, kawasan lain adalah Habarchora, Shahporir Dip Sabrang, Unchipreng Howaikeng, Leda Noyapara Hrila Municipality, dan Teknaf Sadar.

Terus datang Selain 54 ton bantuan yang sudah dikirim, pemerintah terus memperhatikan situasi yang berkembang di kamp pengungsian di Distrik Cox's Bazar.

Dubes Rina menjelaskan Pemerintah Bangladesh butuh generator listrik bagi kamp-kamp pengungsian.

Merespons cepat permintaan itu, Pemerintah Indonesia pun menerbangkan total 20 ton bantuan kemanusiaan lanjutan melalui sorti penerbangan ke-7 dan ke-8.

Selain ikan dalam kemasan kaleng, biskuit, dan minyak goreng, pemerintah juga mengirimkan sarung, generator listrik, dan paket-paket keperluan keluarga.

Komandan Satgas Civic Mission TNI AU Marsma TNI Nanang Santoso mengatakan dua "Herky" sudah tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh pada Senin pukul 18.30 WIB.

"Besok (Selasa) masih 'standby' dulu, dan akan diadakan rapat evaluasi dengan BNPB di Lanud Halim Perdanakusuma pukul 11.00 WIB," kata Nanang yang juga menjabat sebagai Kadisopslat TNI AU.

Personel TNI AU dan kru Hercules selalu siap untuk melaksanakan penerbangan misi kemanusiaan baik siang maupun malam hari.

Pemerintah Bangladesh mencatat total sebanyak 720 ribu pengungsi Rohingya tinggal di kawasan perbatasan Bangladesh-Myanmar.

Dari angka tersebut, tercatat sebanyak 320 ribu merupakan pengungsi yang datang sejak eksodus pada 25 Agustus 2017.

Angka tersebut juga terus bertambah karena masih ada pelarian yang menyeberang perbatasan menyelamatkan diri dari pembantaian di tanah kelahirannya.

Selayaknya negara tetangga yang memiliki kebijakan luar negeri bebas aktif, Indonesia diminta untuk terus dapat mendukung bantuan kemanusiaan hingga masalah etnis Rohingya selesai.

Bukan saja melalui pengiriman bantuan, tetapi juga melalui diplomasi merangkul Myanmar untuk menyelesaikan masalah dengan dialog, bukan dengan tindakan represif militer.

Selain itu, tindakan radikal juga tidak diperlukan dalam menyelesaikan sengketa Rohingya di Rakhine State.

Diplomasi dan silaturahim antarnegara sepertinya menjadi pilihan terbaik dalam menyelesaikan konflik yang tidak boleh berkepanjangan ini.

Formula 4+1 yang diajukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bisa dianggap sebagai solusi bersama mengingat keberimbangan yang didapat dari kebijaksanaan itu adalah mengembalikan stabilitas dan keamanan, menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan, perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa memandang suku dan agama, dan pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan yang akan dilakukan.

Satu poin lain, yaitu pentingnya mengimplementasikan rekomendasi Laporan Komisi Penasihat untuk Rakhine State yang dipimpin mantan Sekjen PBB Kofi Annan. (Ben/An)

Bayu Prasetyo
Previous Post Next Post

Contact Form